Eka dari Lampung Terpesona Nyadran Kali Kandri Semarang: Guyub, Sakral, dan Penuh Makna
Prosesi pengambilan air sendang dilakukan pada tradisi Kirab Budaya Nyadran Kali Kandri Semarang, Minggu 7 Desember 2025.-wayu sulistiyawan-Wahyu Sulistiyawan
Setelah prosesi, warga menggelar gembul bujono atau makan bersama di atas daun pisang.
Meski banyak pilihan alas makan modern, warga tak mau meninggalkan daun pisang sebagai simbol kesederhanaan dan ramah lingkungan.
“Daun pisang itu ciptaan Allah untuk kebersihan dan tidak mencemari lingkungan. Itu sebabnya kami tetap mempertahankannya," tambah Mas'udi
Kandri dikenal sebagai salah satu kawasan dengan banyak sumber mata air di Semarang. Karena itu, Nyadran Kali menjadi momentum untuk kembali menghormati alam.
“Air adalah sumber kehidupan. Sejak kecil, pohon-pohon di sekitar sendang sudah dilindungi warga. Alhamdulillah sampai sekarang sumber airnya masih keluar.”
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang pun rutin memonitor dan turut mendukung kegiatan pelestarian sendang.
Yang menarik, Nyadran Kali tetap berjalan meski tanpa mengandalkan dana kegiatan dari pemerintah tahun ini.
“Acara 2025 ini murni swadaya warga. Setiap kepala keluarga iuran Rp15.000. Walaupun pemerintah memberi dana aspirasi Rp25 juta per RT, tapi untuk kegiatan ini kami tetap pakai swadaya," katanya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
