Mengurai Sampah di Wonosobo: Saatnya Beralih dari Masalah ke Momentum
Dian Sasono Jati--
Sekolah bisa menjadi laboratorium kecil pengelolaan sampah. Melalui kolaborasi antara DLH dan Dinas Pendidikan, siswa dapat belajar memilah, mendaur ulang, bahkan menghasilkan produk kreatif dari sampah.
BACA JUGA: Edukasi Pelajar, Bagikan Dropbox Sampah
BACA JUGA: Setahun, Sampah di Kabupaten Tegal Tembus 241 Ribu Ton
5. Kemitraan dengan Sektor Informal dan Swasta
Pemulung, pengepul, dan pelaku UMKM daur ulang sering kali menjadi garda terdepan pengurangan sampah, tetapi kurang mendapat dukungan. Dengan regulasi dan insentif yang tepat, mereka bisa menjadi mitra pemerintah dalam rantai ekonomi sirkular.
Momentum Perubahan dari Sampah ke Sumber Daya
Wonosobo sebenarnya memiliki modal sosial yang kuat. Nilai gotong royong dan partisipasi masyarakat masih hidup di banyak desa. Ini adalah kekuatan besar untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang berbasis komunitas.
Jika program seperti bank sampah, TPS-3R, dan RDF bisa disinergikan dalam satu sistem terpadu dengan dukungan regulasi dan data yang jelas maka Wonosobo tidak hanya bisa mengatasi masalah sampah, tapi juga menciptakan nilai ekonomi baru.
Sampah organik bisa diolah menjadi kompos untuk mendukung pertanian organik lokal. Sampah anorganik bisa menjadi bahan bakar RDF atau produk daur ulang kreatif. Dan yang paling penting, masyarakat menjadi subjek aktif dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Dari masalah ke momentum. Krisis sampah di Wonosobo memang nyata, tetapi ia juga membuka peluang besar. Di tengah keterbatasan, muncul ruang untuk inovasi, kolaborasi, dan transformasi.
BACA JUGA: Sosialisasi Bantuan Program Lingkungan untuk Bank Sampah Melingkar
BACA JUGA: DPUPR Kota Tegal Angkut 88 Ton Sampah Saluran per Hari
Yang dibutuhkan kini bukan sekadar proyek baru, tetapi komitmen jangka panjang, sinergi lintas sektor, dan kepemimpinan yang visioner. “Sampah bukan musuh, ia hanya kehilangan nilai karena kita salah memperlakukannya.”
Jika Wonosobo berhasil menata pengelolaan sampahnya dengan baik berlandaskan partisipasi masyarakat, inovasi teknologi seperti RDF, dan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan maka kabupaten ini bisa menjadi role model bagi daerah lain di Jawa Tengah.
Karena pada akhirnya, mengelola sampah bukan hanya tentang menjaga kebersihan kota, tetapi tentang menjaga martabat peradaban.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
