Bupati Tegal Janji Hapus PBB Korban Waduk Cacaban, Tanah Amblas dan Sawah Kering
TILIK DESA - Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman saat menyalami warga di acara Bupati Tilik Desa, di Desa Bulakwaru, Kecamatan Tarub.Foto:Yeri Noveli/diswayjateng.id --
SLAWI, diswayjateng.id – Keluhan warga kembali mencuat dalam agenda Bupati Tilik Desa di Desa Bulakwaru, Kecamatan Tarub. Warga mengadu langsung kepada Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman soal penderitaan mereka akibat tanah yang amblas tergerus aliran Sungai Waduk Cacaban dan sawah yang kekeringan parah.
Adalah Muhammad Khairun Nasir, warga Dusun Kesambi Mulya, yang pertama kali menyampaikan keluh kesahnya di hadapan Bupati. Ia menceritakan bahwa tanah dan bangunan milik warga terus tergerus air sungai yang melebar setiap tahun.
Ironisnya, meski tanah dan bangunan mereka sudah amblas, warga masih diwajibkan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
“Aliran airnya makin melebar, rumah kami sudah jadi aliran sungai, tapi tagihan PBB tetap datang. Kami mohon keadilan dari pemerintah,” keluh Nasir disambut tepuk tangan warga yang hadir.
BACA JUGA:Waduk Cacaban Sepi Wisatawan, Begini Respon Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal
BACA JUGA:Waduk Cacaban Kabupaten Tegal Berpotensi Jadi Kawasan Wisata Terpadu
Mendengar itu, Bupati Ischak langsung merespons tegas. Ia menyatakan siap menghapus PBB bagi warga yang tanah dan bangunannya hilang akibat gerusan Waduk Cacaban.
“Kita cek dulu kondisinya di lapangan. Kalau benar tanahnya amblas, tentu tidak adil kalau masih dikenai pajak,” ujarnya.
Bupati juga memerintahkan BPBD Kabupaten Tegal bersama Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan dan DPUPR Kabupaten Tegal untuk segera melakukan survei lapangan.
“Data ini penting sebagai dasar penghapusan objek pajak. Soal tebing longsor nanti kita koordinasikan dengan BKSDA Provinsi. Kalau sudah darurat, kita bisa pasang bronjong kawat,” tegasnya.
BACA JUGA:Sedekah Waduk Cacaban Kabupaten Tegal Berlangsung Khidmat
BACA JUGA:Bersinergi Benahi Jalan Menuju DTW Cacaban Kabupaten Tegal
Namun keluhan warga tak berhenti di situ. Warga lain, Mukmin, yang juga perwakilan Gapoktan Tarub, mengeluhkan sawah-sawah di wilayahnya yang mengering total di musim tanam ketiga.
“Ratusan petani jadi tidak bisa menanam apa pun. Ribuan hektare sawah menganggur. Ini jelas memukul ekonomi petani,” keluhnya.
Menanggapi hal itu, Kepala DPUPR Kabupaten Tegal, Teguh Dwijanto Rahardjo, menjelaskan bahwa debit air di Waduk Cacaban memang menyusut drastis. Dari kapasitas normal 45 juta meter kubik, kini hanya tersisa sekitar 4 juta meter kubik.
“Air yang ada kini lebih difokuskan untuk kebutuhan utama seperti air baku. Karena itu, di musim tanam ketiga, kami sarankan petani mulai beralih ke tanaman palawija seperti jagung dan kacang hijau,” jelas Teguh.
BACA JUGA:Banjir di Pantura, DPRD Desak Normalisasi Waduk Cacaban Kabupaten Tegal
BACA JUGA:Dinas Porapar Kabupaten Tegal Adakan Cacaban Ekraf Festival
Menurutnya, rotasi tanaman ke palawija selain menjaga produktivitas petani, juga bermanfaat memperbaiki kesuburan tanah dan memutus siklus hama.
Warga pun berharap janji Bupati bukan sekadar retorika. Mereka ingin keadilan atas tanah yang hilang, dan solusi nyata untuk sawah yang mati kekeringan.
"Kami hanya ingin bisa hidup layak, tanpa dibebani pajak tanah yang sudah tidak ada,” ujar Nasir.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
