Ricuh Debat Pilbup Pekalongan 2024, Adu Yel-yel Berujung Anak Cawabup Kena Pukul dan Lapor ke Polda
Tangkapan layar kericuhan tim pemenangan paslon Bupati dan Wakil Bupati Pekalongan 2024 di Hotel Patra Jasa, Semarang--IST
"Kami sudah laporkan kasus ini ke Polda. Kami tidak akan diam, terutama atas aksi kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh pihak lawan," jelas Imam Maliki, tim hukum paslon 2, saat dikonfirmasi melalui telepon.
Amin, sebagai ayah dari korban, mengutuk keras tindakan tersebut yang ia sebut sangat mencederai norma kesantunan dan moralitas.
Menurutnya, kekerasan, terlebih kepada perempuan, tidak bisa dibenarkan apapun alasannya.
"Katanya beriman, tapi dengan perempuan saja melakukan kekerasan. Apakah ini yang mereka tunjukkan sebagai contoh?" ujarnya dengan nada tegas.
"Kami sudah mengikuti aturan, hanya membawa 25 orang, tapi kenapa mereka dibiarkan masuk hingga putri saya dipukul. Kami sudah punya video bukti, dan kami harap ada tindakan hukum yang jelas atas kasus ini," tambahnya.
Sementara itu, Asip Kholbihi, perwakilan tim pemenangan paslon Fadia-Sukirman, melihat kericuhan ini sebagai hal yang wajar dalam suasana kampanye yang dinamis. Meski demikian, ia mengelak adanya tindakan pemukulan dari pihaknya dan berjanji akan menindak tegas jika ada bukti nyata.
"Saya lihat memang ada gesekan, tapi itu hal biasa, yang penting kita tetap tenang. Kalau benar ada yang melakukan pemukulan, kami akan klarifikasi dan tindak tegas supaya tidak ada anarkisme," ucap Asip usai debat.
Kapolres Pekalongan, AKBP Doni Prakoso, saat dimintai keterangan menyebut bahwa kericuhan terjadi di luar wilayah pengamanan pihaknya, mengingat lokasi kejadian berada di wilayah Polres Semarang. Polres Pekalongan, menurutnya, hanya bertugas mengamankan area acara utama.
"Peristiwa ini terjadi di luar wilayah pengamanan kami. Jadi, pengamanannya masuk ranah pihak Polres Semarang. Kami belum terkonfirmasi detail mengenai kejadian tersebut," jelas Doni.
Ketua KPU Kabupaten Pekalongan, Lailatul Izah, menjelaskan bahwa pihaknya sebelumnya telah mengantisipasi potensi bentrokan dengan membatasi jumlah pendukung setiap paslon menjadi 25 orang dari sebelumnya 50 orang. Namun, hal ini ternyata belum cukup menghindari gesekan di lapangan.
"Kami sudah batasi pendukung jadi 25 orang per paslon. Itu sudah untuk antisipasi. Namun, kami serahkan soal keamanan pada pihak kepolisian yang telah bekerja sama dengan kami," kata Lailatul.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: kericuhan debat pilkada pekalongan