
Meski kini BTP hanya menghasilkan sekitar Rp30 juta dari skema sewa sementara, Disperindagkop tetap berusaha menggeliatkan fasilitas yang terbengkalai itu.
Jumlah tersebut jelas jauh dari potensi Rp212 juta yang bisa digapai jika seluruh unit terisi dan beroperasi normal.
Namun secara keseluruhan, Wahyu mengklaim target PAD dinasnya tetap terpenuhi berkat sektor lain seperti sewa lahan dan retribusi pasar.
"Target PAD kita Rp5,4 miliar, dan Alhamdulillah tercapai 100 persen," katanya optimis.
Di sisi lain, biaya operasional seperti listrik, air, dan perawatan BTP kini kembali membebani APBD sekitar Rp3 juta per bulan.
Wahyu menyebut bahwa peluang BTP hidup masih ada, asalkan ada penataan ulang yang lebih fleksibel dan regulasi yang berpihak pada kebutuhan nyata masyarakat.
"Kalau bisa direvisi dan dijadikan fasilitas publik yang benar-benar hidup, BTP masih bisa bangkit," tegasnya.