TEGAL, diswayjateng.id - Rob menggenangi sejumlah wilayah pesisir Kota Tegal beberapa pekan terakhir. Peristiwa alam yang disebabkan karena meningkatnya ketinggian air Laut Jawa ini menimbulkan rasa duka bagi warga yang daerahnya terdampak.
Salah satunya, mereka yang menetap dan menjalankan aktivitas sehari-hari di Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat.
Wahyubiy, 45, memarkir sepeda motor Vario di rumahnya yang berada di RT 1 RW 3 Kelurahan Muarareja. Dia lalu melepas helm yang menempel di kepala dan meletakkan sepatu boot yang sedari tadi membungkus kedua kakinya.
Pagi itu, Yuni, sapaan akrabnya, baru saja berkeliling menjajakan nasi ponggol, susu kedelai, dan jajanan menggunakan sepeda motornya.
BACA JUGA:Rob Genangi 15 Titik Wilayah di Kota Tegal
BACA JUGA:Rob Makin Tinggi, Pedagang Harapkan Realisasi Renovasi Pasar Sayung
Bukan tanpa alasan Yuni memakai sepatu berukuran tinggi saat berjualan. Sebab, rute yang dilaluinya merupakan daerah terdampak rob.
Sepatu tersebut digunakan istri dari Abdul Paat ini untuk melindungi kedua kakinya saat melewati rob. Pasalnya, dia berangkat mencari nafkah persis ketika rob sedang tinggi-tingginya, yaitu jam enam pagi.
Rob sampai menenggelamkan jalan beton di depan rumahnya. Jika sudah seperti itu, Yuni hanya bisa mengelus dada. “Ya Allah Gusti, mau berjualan tapi air penuh,” tutur Yuni.
Ibu dua anak ini tidak mempunyai pilihan lain. Meski rob sedang tinggi-tingginya, dia harus berjualan agar asap dapur tetap mengepul. Di rumahnya, Yuni tinggal bersama sang ibu yang telah renta.
BACA JUGA:Bendung Gerak Pekalongan Resmi Diuji Coba, Kendalikan Banjir Rob dengan Sistem Canggih
BACA JUGA:Redam Rob dengan Ban Bekas
Sang suami bekerja di negeri orang. Anak pertamanya telah menikah dan ikut suaminya. Sedangkan anak keduanya sedang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren.
Karena seringnya melewati rob dengan ketinggian sampai lutut kaki orang dewasa, Yuni bercerita, sepeda motornya kerap mengalami kerusakan dan harus bolak-balik dibawa ke bengkel.
Baru-baru ini saja, dia mengeluarkan Rp400.000 dari dompet untuk menyervis Varionya. “Kabelnya patah, karena terendam air. Sepeda motor sering macet,” ungkap Yuni.