Mengenal 8 Upacara Adat di Jawa Tengah

Rabu 04-12-2024,23:00 WIB
Reporter : Alisa Septiana Zulfa
Editor : Rochman Gunawan
Mengenal 8 Upacara Adat di Jawa Tengah

Tradisi Padusan biasanya dilakukan secara bersama-sama di sumber mata air, sehingga masyarakat sering berkumpul di lokasi-lokasi pemandian yang menjadi tempat wisata. Selain di Jawa Tengah, tradisi ini juga dapat ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Upacara Tedak Siten

Tedak Siten adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti kaki (tedak) dan tanah (siten). Upacara ini merupakan tradisi yang berasal dari Jawa Tengah, dilaksanakan untuk anak yang telah mencapai usia tujuh atau delapan bulan.

Terdapat tujuh rangkaian dalam upacara Tedak Siten, di mana setiap rangkaian memiliki makna yang unik.  Secara keseluruhan, upacara Tedak Siten memiliki makna yang mendalam.

Upacara ini melambangkan perjalanan hidup anak, sesuai dengan setiap rangkaian yang ada. Pada tahap awal, anak dibimbing oleh orang tuanya untuk melangkah di atas tujuh jadah, yang melambangkan awal perjalanan hidupnya dengan bimbingan orang tua.

Seiring berjalannya waktu, anak diharapkan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan, dengan doa dan harapan dari orang tuanya.

Doa tersebut mencakup harapan akan rezeki yang melimpah sepanjang hidupnya, keinginan agar anak membawa nama baik keluarga, serta doa untuk kehidupan yang baik, yang tercermin pada tahap akhir upacara Tedak Siten, di mana anak diberikan pakaian yang indah.

BACA JUGA:Mengenal Berbagai Tarian Khas Jawa Tengah yang Masih Dilestarikan

BACA JUGA:8 Senjata Tradisional Jawa Tengah Warisan Para Pejuang dan Fungsinya

5. Larung Sesaji

Larung Sesaji adalah sebuah upacara tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan dapat dengan mudah disaksikan oleh masyarakat setempat. Acara ini berlangsung dengan meriah, dihiasi oleh hasil-hasil alam yang ditata dengan indah, kemudian dilarungkan ke laut. Oleh karena itu, Larung Sesaji juga dikenal sebagai sedekah laut.

Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang telah diterima selama ini, serta sebagai bentuk permohonan perlindungan dan keselamatan.

Sesajian yang dilarungkan ke laut biasanya terdiri dari kepala kerbau atau sapi, jenang, berbagai jenis buah-buahan, bunga-bunga, dan jajanan pasar. Meskipun awalnya dilakukan oleh umat Hindu Tengger, saat ini Larung Sesaji telah mengalami akulturasi budaya.

6. Mendak Kematian

Upacara adat di Jawa Tengah tidak hanya berhubungan dengan kehidupan, tetapi juga dengan kematian. Mendak Kematian adalah salah satu upacara yang dapat dengan mudah ditemukan di kalangan masyarakat, terutama di daerah yang masih mempertahankan tradisi.

Mendak Kematian memiliki hubungan yang erat dengan adat agama Hindu dan Buddha. Tujuan dari upacara ini adalah untuk memperingati satu tahun sejak seseorang meninggal dunia.

7. Upacara Tingkeban

Upacara Tingkeban merupakan tradisi yang dilaksanakan ketika seorang ibu hamil mencapai usia tujuh bulan. Tujuan dari upacara ini adalah untuk mendoakan agar ibu dan bayi yang dikandungnya dapat melahirkan dengan selamat dan lancar.

Di kalangan masyarakat yang masih memegang teguh adat, Upacara Tingkeban tidak hanya dilakukan pada usia kandungan tujuh bulan, tetapi juga memerlukan pemilihan hari baik untuk pelaksanaannya.

Banyak orang yang tetap melaksanakan Tingkeban meskipun tidak semua rangkaian upacara sesuai dengan tradisi yang ada.  Dalam pelaksanaan yang sesuai dengan adat, upacara ini dimulai dengan siraman yang dilakukan oleh sang ibu, bertujuan untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.

Kategori :