Oleh karena itu, konsumsi minyak zaitun secara teratur, yang memiliki sifat anti-inflamasi, dapat mencegah hal ini.
4. Mencegah dan Mengatasi Kanker
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2004 di European Journal of Cancer Prevention, zaitun dan minyaknya mengandung antioksidan dalam jumlah tinggi seperti acteosides, hydroxytyrosol, tyrosol, dan asam fenilpropionat.
Zaitun juga mengandung zat anti-kanker seperti squalene, lignan, terpenoid, dan asam oleat. Kehadiran zat-zat inilah yang membuat minyak zaitun efektif dalam menghancurkan sel kanker.
5. Mencegah Obesitas
Mengonsumsi banyak lemak sehat adalah salah satu kunci utama untuk mengendalikan kelebihan insulin. Hal ini karena lemak sehat memberikan rasa kenyang dan perut cenderung tidak mudah lapar.
BACA JUGA: Masker Minyak Zaitun Bisa Bikin Wajah Wanita Usia 40 Tahun Kinclong Alami, Begini Cara Penggunaannya
Para ahli dari Rumah Sakit Universitas Basel, Swiss, melakukan lima percobaan terhadap 447 orang dan menemukan bahwa mereka yang mengikuti diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat mengalami penurunan berat badan lebih banyak daripada mereka yang mengikuti diet rendah lemak.
Studi lain yang diterbitkan dalam Women's Health Journal menemukan bahwa diet minyak zaitun selama delapan minggu menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar daripada diet rendah lemak.
6. Nutrisi Otak
Otak sebagian besar terdiri dari asam lemak. Oleh karena itu, minyak zaitun dapat digunakan sebagai makanan otak untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat.
Selain itu, minyak zaitun dapat membantu mencegah penurunan kognitif akibat stres oksidatif dan ADDL (sejenis protein beracun yang menyebabkan demensia dan penyakit Alzheimer).
BACA JUGA: 7 Manfaat Minyak Zaitun untuk Kulit dan Cara Menggunakannya
7. Mengobati Gangguan Suasana Hati dan Depresi
Lemak sehat, termasuk minyak zaitun, dapat menyeimbangkan kadar hormon dan mencegah disfungsi neurotransmitter. Ini adalah kebalikan dari diet rendah lemak, yang sering menyebabkan depresi dan kecemasan.
Gangguan suasana hati dan fungsi kognitif dapat menjadi tanda bahwa otak tidak mendapatkan cukup "hormon bahagia" seperti serotonin dan dopamin.