Mantap! Tiga Tahun Terakhir Produksi Tembakau di Kabupaten Tegal Mengalami Peningkatan

Rabu 22-11-2023,09:51 WIB
Reporter : Yeri Noveli
Editor : M Sekhun

SLAWI, DISWAY JATENG - Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah penghasil tembakau di Jawa Tengah. Dalam tiga tahun terakhir, produksi tembakau menunjukkan peningkatan hingga 24,88 persen.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (KP Tan) Kabupaten Tegal Agus Sukoco melalui Kabid Pertanian Eka Agus Priyani, membenarkan adanya peningkatan hal itu.

BACA JUGA:Atasi Kemarau Panjang, Baznas Kabupaten Tegal Salurkan Bantuan Air Bersih

Menurut Eka, berdasarkan kajian ilmiah analisis indeks hasil panen dan indeks iklim atau cuaca pada komoditas petani tembakau di Kabupaten Tegal tahun 2023, bahwa dari sisi areal tanam, terjadi peningkatan luas areal tanam tembakau sebesar 23,07 persen.

"Khususnya di wilayah Kecamatan Bojong dan Bumijawa. Kedua kecamatan itu merupakan produsen utama tembakau di Kabupaten Tegal," kata Eka Agus Priyani, berdasarkan kajian ilmiah dari Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr Khavid Faozi, saat menggelar forum group discussion (FGD) di kantor Dinas KP Tan, baru-baru ini.

BACA JUGA:DPRD Kabupaten Pemalang Dorong Pemerintah Kabupaten segera Tangani Rob

Dia mengungkapkan, pada rentang waktu 2016 - 2023, luas areal pertanaman tembakau di Kabupaten Tegal mengalami fluktuasi. Luasan tertinggi terjadi pada tahun 2023, yaitu mencapai 85,6 hektare.

Sedangkan pada 2017, luas areal pertanaman mengalami penurunan, yaitu 4,2 hektare.

Menurut Eka, fluktuasi ini ditengarai karena minat petani dalam  membudidayakan tembakau pada tahun tersebut. Selain itu juga luasan areal pertanaman yang dapat dipanen.

BACA JUGA:Keren! DPRD Kabupaten Pemalang Adakan Sosialisasi Antikorupsi

"Sehingga, dalam rentang waktu yang sama, produksi tembakau di

Kabupaten Tegal mengalami fluktuasi," paparnya.

Walau demikian, lanjut Eka, produksi tembakau di Kabupaten Tegal mengalami peningkatan pada tahun 2023. Yakni mencapai 73,63 ton. Sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2017, yaitu 3,36 ton.

Menurut Eka, fluktuasi dari sisi produksi ini diperkirakan karena adanya pertanaman yang gagal panen.

"Selain itu juga adanya pergeseran musim tanam yang dipicu oleh faktor iklim," imbuhnya.

Kategori :