DISWAYJATENG - Nama Pasar Slumpring yang terletak di Desa wisata Cempaka Tegal berasal dari kata pring atau bambu dalam bahasa Jawa. Pasar tradisional yang digagas oleh Pokdarwis Desa wisata Cempaka Tegal pada dasarnya merupakan konsep pasar tempo dulu.
Atau dengan kata lain pasar yang produknya menjajakan makanan minuman pada zaman dulu. Yang dimaksud zaman dulu adalah dari segi makanan, minuman, alat transaksi iratan bambu, serta lokasi pasar di kebun bambu.
Sampai pembungkus makanan menggunakan daun pisang dan penjual pun memakai pakaian lurik tempo dulu. Itulah beberapa fakta unik Pasar Slumpring Desa Cempaka Tegal.
Semuanya dapat dilihat langsung di pasar Slumpring Desa Cempaka Tegal bertujuan meningkatkan taraf ekonomi masyarkat melalui kegiatan pariwisata.
Pasar Pasar Slumpring Berdiri Di Area Kebun Bambu
Lokasi pasar Slumpring masih satu tempat dengan wahana kolam pemandingan Tuk Mudal Desa Cempaka Tegal. Tepatnya di kawasan kebun bambu yang sebelumnya pepohonan bambu begitu rimbun oleh masyarakat dianggap kebun biasa.
Daya tarik perkebunan bambu yang khas kemudian oleh pihak Pokdarwis dikembangkan menjadi pasar tradisional tahun 2017 dengan nama Pasar Slumpring Cempaka. Atau dalam arti pasar ini mengusung konsep wisata alam dan wisata kuliner tradisional.
Pasar Slrumping Cempaka dalam proses pembangunannya memanfaatkan kebun kosong yang sekelilingnya banyak ditumbuhi rimbunan pepohonan bambu. Semula pembangunan pasar ini membentuk wilayah konservasi dan meningkatkan taraf hidup masyakat.
Suasana Pasar Khas Nuansa Pedesaan
Fakta unik Pasar Slumpring Desa Cempaka Tegal di Kecamatan Bumijaya masih kental dengan nuansa pedesaan. Rimbunan pepohonan bambu yang begitu banyak tersebar dibeberapa titik membuat suasana sejuk dan segar sehingga menjadi ciri khas Pasar Slumpring.
BACA JUGA:Guci Forest: Ini Dia Salah Satu Tempat Wisata yang Menarik di Tegal
Alat Tukar Transaksi Pakai Koin Kirat Bambu
Sesuai konsep namanya pasar tradisional tempo dulu, kemudian alat transaksipun juga unik, terbuat dari kepingan bambu dibentuk sedemikian rupa bernama Kirat bambu. Memiliki ukuran 6X2,5 sentimeter dengan tebal 5 milimeter yang satu Kirat bernilai Rp 2.500.
Karena konsep pasar tempo dulu terlebi dahulu menukar pada tempat telah ditentukan. Meski demikian pengelola menyediakan alat pembayaran non tunai melalui uang elektronik. OVO, GoPay, LinkAja dan pembayaran nontunai lainnya