DISWAYJATENG, PEMALANG - Kopi di lereng Gunung Slamet berkembang dengan pesat. Kopi yang awalnya hanya dijual berupa biji, kini sudah dijual bubuk. Salah satu prosesnya adalah roasting atau penggorengan yang dilakukan dengan alat roasting.
Wasito Al Hasan, petani kopi di Desa Pulosari, Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, teknik penggorengan memberikan pengaruh pada rasa kopi, yang makin kuat. Metode roasting kopi disesuaikan dengan jenis kopi yang dibuat dan waktu penggorengan berpengaruh pada jenis dan rasa dari kopi tersebut.
BACA JUGA:5 Pinjol yang Tidak Ada DC Lapangan 2023, Sudah Resmi Terdaftar OJK dan Bunga Rendah!
"Saat ini penggorengan dilakukan dengan alat roasting, untuk hasil yang maksimal," katanya.
Dalam sekali penggorengan bisa menampung sekitar 3 kilogram kopi, namun kita menggoreng 1 sampai 2,5 kilogram saja. Hal itu agar kopi yang di roasting memiliki rasa yang lebih kuat, dan sesuai keinginan.
BACA JUGA:15 Pinjol Legal yang Tidak Ada DC lapangan, Gak Perlu Khawatir Penyebaran Data Pribadi
"Roasting menghasilkan kopi dengan jenis light, medium, medium to dark dan dark," imbuhnya.
Untuk light dengan ukuran 1 kilogram, membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Kenis lainya seperti medium, medium to dark dan dark hanya selisih beberapa menit saja. Besar kecilnya api, harus diatur selama proses tersebut, dan dikontrol agar sesuai hasilnya.
BACA JUGA:Cara Menghindari DC Lapangan Shopee Paylater Agar Tidak Datang Kerumah, Cuma lakukan 3 Cara Ini!
"Rasa kopi khas Pulosari memang sangat kuat, dan tidak ada campuran sehingga selalu langganan," ucap Fatih, pelanggan kopi. (*)