Waspada! Jangan Biarkan ADHD Membuat Anak Anda Tersiksa

Jumat 25-08-2023,06:35 WIB
Reporter : Muhammad Bintang Aulia Akbar
Editor : Muhammad Bintang Aulia Akbar

DISWAY JATENG.ID Apakah anak Anda terus-menerus lalai, gelisah, atau kesulitan mengendalikan diri? Jika  ya, anak Anda   mungkin menderita ADHD, atau Attention   Deficiency and Hyperactivity Disorder. ADHD   adalah gangguan perkembangan pada masa kanak-kanak yang ditandai dengan kesulitan  berkonsentrasi, hiperaktif, dan impulsif. Anak-anak   dengan ADHD sering kali mengalami   kesulitan dalam belajar, berinteraksi, dan berperilaku   baik di rumah maupun di sekolah.

Apa Penyebab ADHD?

Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti, namun  ada beberapa faktor yang diduga   berpengaruh, seperti:

- Faktor genetik. ADHD dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Anak yang memiliki orang tua atau   saudara kandung dengan ADHD memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami   gangguan ini.

BACA JUGA:Kenali Gejala dan Solusi Penyakit Hipertensi Pada Anak!

- Faktor lingkungan. Paparan zat kimia,   polusi udara, rokok, alkohol, atau obat-obatan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko ADHD pada   janin. Selain itu, trauma,   stres, kekerasan, atau kurangnya stimulasi pada masa kanak-kanak   juga dapat mempengaruhi perkembangan otak dan menyebabkan ADHD.

- Faktor biologis. Gangguan pada struktur atau fungsi otak, terutama di bagian prefrontal cortex yang   bertanggung jawab atas perencanaan, pengendalian diri, dan perhatian, dapat   menyebabkan ADHD. Selain itu, ketidakseimbangan   neurotransmiter seperti dopamin dan norepinefrin juga dapat mempengaruhi aktivitas   otak dan menyebabkan ADHD.

Siapa yang Terkena ADHD?

ADHD dapat terjadi pada   siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, ras, etnis, atau status sosial ekonomi. Namun, ada   beberapa kelompok yang lebih rentan  terkena ADHD, yaitu:

- Anak laki-laki. Anak laki-laki lebih sering  didiagnosis dengan ADHD daripada anak perempuan. Hal ini mungkin karena gejala hiperaktif dan impulsif lebih mudah terlihat   dan mengganggu pada anak laki-laki. Anak perempuan cenderung memiliki gejala kurang   perhatian yang lebih sulit dideteksi dan   seringkali dianggap sebagai malas atau ceroboh.

BACA JUGA:7 Makanan Camilan yang Bantu Menjaga Badan Tetap Langsing, Sehat dan Bergizi!

- Anak prematur. Anak yang lahir sebelum  usia kehamilan 37 minggu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ADHD. Hal ini  mungkin karena otak mereka belum  berkembang secara sempurna dan rentan terhadap gangguan.

- Anak dengan gangguan lain. Anak dengan  gangguan perkembangan lain seperti autisme, disleksia, atau   gangguan belajar memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ADHD. Hal ini mungkin karena adanya kesamaan dalam   faktor penyebab atau gejala   antara gangguan-gangguan tersebut.

Bagaimana Mengenali dan Mengatasi ADHD?

ADHD dapat didiagnosis oleh dokter spesialis anak atau psikiater anak dengan menggunakan kriteria   diagnostik yang telah ditetapkan oleh American Psychiatric Association (APA) dalam  Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders  (DSM-5). Kriteria tersebut meliputi:

- Adanya pola perilaku kurang perhatian dan/atau hiperaktif-impulsif yang tidak sesuai dengan usia dan   tahap perkembangan anak.

- Perilaku tersebut mulai muncul sebelum usia 12 tahun dan berlangsung selama setidaknya 6 bulan.

- Perilaku tersebut menimbulkan gangguan dalam dua atau lebih aspek kehidupan anak, seperti di rumah,   di sekolah, atau di tempat lain.

- Perilaku tersebut tidak disebabkan   oleh kondisi medis lain, obat-obatan, atau zat psikoaktif.

ADHD dapat ditangani dengan menggunakan kombinasi antara terapi perilaku, terapi psikologis, dan obat-obatan.   Terapi perilaku bertujuan untuk mengubah perilaku negatif menjadi positif dengan menggunakan penguatan, hukuman, atau   kontrak. Terapi psikologis bertujuan untuk membantu anak mengatasi masalah emosional, sosial, atau akademik yang berkaitan dengan ADHD dengan menggunakan teknik seperti konseling, terapi kelompok, atau  terapi kognitif. Obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala ADHD dengan mempengaruhi aktivitas neurotransmiter di otak. Obat-obatan yang biasa digunakan adalah stimulan seperti metilfenidat atau amfetamin, atau non-stimulan seperti atomoksetin atau guanfasin.

BACA JUGA:6 Gerakan Yoga untuk Bantu Turunkan Badan dengan Ampuh, Dijamin Auto Kurus!

ADHD merupakan gangguan   perkembangan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak dan orang tua. Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan mengatasi ADHD sejak dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Jika Anda memiliki anak yang diduga mengalami ADHD, segera konsultasikan  dengan dokter spesialis anak atau psikiater anak untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. (*)

Kategori :