3. Keunggulan kecepatan ke pasar ini sangat penting dalam industri dengan kemajuan teknologi yang cepat atau siklus hidup produk yang singkat.
4. Kolaborasi Tim yang Ditingkatkan: Agile memupuk kolaborasi lintas fungsi dan tim yang mengatur diri sendiri. Dengan mempromosikan komunikasi terbuka, berbagi pengetahuan, dan pola pikir kolaboratif, metode Agile memungkinkan karyawan untuk bekerja sama secara lebih efektif. Lingkungan kolaboratif ini meningkatkan inovasi, pemecahan masalah, dan produktivitas tim secara keseluruhan.
5. Transparansi dan Visibilitas: Metodologi tangkas mendorong transparansi di semua tingkatan organisasi. Melalui praktik seperti rapat stand-up harian, papan tugas, dan tinjauan kemajuan rutin, bisnis mendapatkan visibilitas yang lebih baik ke dalam status proyek, potensi hambatan, dan kapasitas tim. Transparansi ini memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat waktu, mitigasi risiko, dan alokasi sumber daya, yang mengarah pada hasil proyek yang lebih baik.
6. Peningkatan Berkelanjutan: Agile mempromosikan budaya pembelajaran dan peningkatan berkelanjutan. Setelah setiap sprint atau iterasi proyek, tim merenungkan apa yang berjalan dengan baik dan area untuk perbaikan. Pendekatan retrospektif ini memungkinkan bisnis menyempurnakan proses, mengoptimalkan alur kerja, dan meningkatkan efisiensi keseluruhan dari waktu ke waktu.
Penting untuk diperhatikan bahwa mengadopsi metodologi Agile memerlukan perubahan pola pikir, struktur organisasi, dan praktik operasional. Bisnis harus mempertimbangkan konteks spesifik, industri, dan persyaratan proyek saat menerapkan prinsip Agile untuk memaksimalkan manfaat dan menyesuaikan pendekatan dengan kebutuhan unik mereka.
Untuk menjadi benar-benar agile ada beberapa mindset dan perilaku yang perlu diterapkan dalam cara bekerja para suatu bisnis. Apakah mungkin bisnis sudah menerapkan cara kerja lintas fungsi atau divisi, apakah itu sudah disebut menerapkan agile?
Kalaupun belum, agile bukan hanya dengan membuat cara kerja lintas fungsi atau divisi saja tetapi juga bagaimana bisnis itu bisa exist dalam persaingan yang begitu kompetitif. Jika bisnis ingin disebut agile maka perlu ada sekelompok orang atau tim yang berfokus pada misi, tujuan, atau nilai yang ingin kita tuju. Contohnya saja, sebuah Bisnis berbasis pendidikan yang biasanya hanya melakukan tatap muka kini ingin meluncurkan produk digital yaitu dengan penggunaan aplikasi berbasis teleconferences seperti Zoom atau Google meet yang memudahkan pemakai dalam melakukan kegiatan pendidikan melalui online.
Begitupun dalam bisnis food and beverage atau bisnis lainnya dalam penerapan agile maka divisi R&D, marketing, sales, finance, supply chain, dan divisi lainnya akan berkumpul bersama dan membentuk sebuah tim. Sehingga tim tersebut bisa membuat bisnis lebih agile dan tentunya dapat banyak menghasilkan banyak profit. (*)