Pupuk Bersubsidi di Gilirejo Baru Disoal, Wabup Sragen Akui Pengelola KPL Adalah Anaknya

Tangkapan layar dari salah satu medsos yang mensoalkan pupuk subsidi di desa Gilirejo baru--Mukhtarul Hafidh / diswayjateng.id
SRAGEN, diswayjateng.id – Beberapa waktu terakhir media social di Sragen meributkan soal pupuk bersubsidi yang diduga palsu. Lantaran dijual dengan metode bundling atau paketan yang mewajibkan membeli dengan pupuk jenis lain non subsidi.
Apalagi penjualan di Kios Pupuk Lengkap (KPL) ini dikelola oleh anak menantu dari Wakil Bupati Sragen, Suroto. Wakil Bupati Sragen, Suroto tidak menampik soal permasalahan yang viral di desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri itu melibatkan KPL yang dikelola anggota keluarganya. Dia menegaskan kebenaran juga harus disampaikan.
Dia menegaskan soal permasalahan di tingkat pengecer pupuk bukan hanya dirasakan olah anaknya saja. Bisa jadi mayoritas KPL atau pengecer pupuk juga menjual pupuk bersubsidi.
Selain menjual pupuk bersubsidi, juga menjual pupuk non subsidi. Namun dia menegaskan pupuk yang dijual bukan pupuk illegal.
BACA JUGA:Diterjang Hujan Deras, Gelaran Sragen Expo Porak Poranda dan Pementasan Ditunda
BACA JUGA:Aksi Percobaan Begal Payudara Mulai Mengintai di Sragen
”Pupuk yang di distribusikan itu resmi, punya ijin, ada yang bertanggungjawab, dan punya pabrik yang jelas,” ujarnya.
Politikus PKB ini menyampaikan pupuk non subsidi tentu juga ditawarkan. Soal metode yang digunakan untuk menjual pupuk non subsidi tersebut, pihaknya mengaku kurang tahu. ”Yang jelas, itu bukan pupuk ilegal,” terangnya.
Ditanya soal pemasaran di wilayah Gilirejo Baru, Suroto menjelaskan banyak pengecer atau KPL enggan menjamah wilayah tersebut.
Banyak alasan, seperti jarak yang jauh karena wilayahnya terpisah melalui wilayah Kabupaten Boyolali. Selain itu di Gilirejo baru sendiri tidak ada areal persawahan.
BACA JUGA:Kapolres Sragen Terjun Langsung Sosialisasikan Program Aduan Aksi Premanisme
BACA JUGA:Bendung Aksi Premanisme, Kapolres Sragen Buka Layanan On Call
”Gilirejo baru merupakan wilayah yang banyak di hindari oleh para KPL, mengingat daerah tersebut banyak petani yang bercocok tanam jagung di kebun. Kalau ada kerjasama dengan perhutani, istilahnya ada tumpangsari, Jadi memang tidak gampang mengurusi di Gilirejo baru,” ujar dia.
Suroto sendiri menyampaikan KPL yang masuk ke Gilirejo baru selayaknya pelayanan masyarakat. ”Kalau anak saya usahanya di Desa Jeruk, masuk ke gilirejo baru memang tidak mudah,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: