Jurnalis Bukan Sekadar Viral, Jamalul Insan Ingatkan Etika Konten Digital

Sesi zoom Journalism Fellowship on CSR 2025 oleh GWPP dan TBIG diisi jurnalis senior Jamalul Insan (Atas kiri), Nurcholis Basyari (kanan atas) dan Frans Surdiasis (Kiri Bawah) dan seorang peserta (kanan bawah)--IST
JAKARTA, diswayjateng.id - Di hadapan peserta Journalism Fellowship on CSR 2025, jurnalis senior Jamalul Insan membuka percakapan dengan satu pernyataan yang menusuk.
Setiap orang kini bisa menjadi 'reporter', bisa jadi 'content produser', tapi tanda kutip itu bukan tanpa alasan.
Menurutnya, jurnalisme bukan sekadar mengangkat kamera dan merekam kejadian.
"Dengan smartphone, siapa pun bisa ambil gambar dan langsung unggah ke medsos," ucap Jamal dalam Zoom Meeting bertajuk 'Memproduksi berita/konten audio-visual jurnalistik di era digital', Rabu 16 April 2025.
BACA JUGA: Ketua Dewan Pers Buka Journalism Fellowship on CSR 2025, Ini Pesannya
Namun ia mengingatkan, jurnalis sejati adalah mereka yang patuh pada kode etik jurnalistik. Bukan sekadar cepat, tapi juga akurat.
Era digital memang membuka jalan selebar-lebarnya untuk siapa pun menjadi pembuat konten audio-visual.
Namun menurut pria yang menjabat sebagai Anggota Dewan Pers periode 2019–2022 ini, peluang itu harus dituntun dengan tanggung jawab.
"Etika tetap utama. Misal ketika ada video viral, wajib hukumnya untuk konfirmasi atau menghubungi pemilik video itu," tegasnya dalam pelatihan hasil kerjasama Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan Tower Bersama Group (TBIG) itu.
BACA JUGA: 16 Wartawan dan Mahasiswa Terpilih Ikuti Journalism Fellowship on CSR 2025, Termasuk Disway Jateng
BACA JUGA: Menteri Wihaji Ajak Korporasi Jadi Orang Tua Asuh Ibu Hamil Lewat Genting, TBIG Sejalan
Khususnya ketika menyangkut isu sensitif seperti anak-anak.
Ia menekankan pentingnya dua pilar: Etika Privasi dan Etika Keamanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: