Jangan Kaget Harga Cabe Mendekati 100 Ribu Perkilogram, Ini Penyebabnya

Jangan Kaget Harga Cabe Mendekati 100 Ribu Perkilogram, Ini Penyebabnya

MEMBELI : Seorang ibu rumah tangga saat membeli cabai di Pasar Cengek, Salatiga. Foto : Nena Rna Basri--

KOPENG, diswayjateng.id - Sudah beberapa hari ini harga berbagai jenis cabai di Salatiga, Boyolali dan Kabupaten Semarang mendekati hampir Rp 1000 ribu Perkilogram.


Usut punya usut, alasannya karena hampir sebagian besar petani cabai di kawasan Gunung Merbabu gagal panen.

Terlebih lagi, tak sedikit petani cabai yang tidak mengakui balik modal dan kesulitan untuk dana segar untuk memulai cocok ditanam kembali.

“Tak lain karena musim hujan ini menyebabkan banyak petani cabai gagal panen,” kata Sugiono, seorang petani cabai sekaligus pengelola Bumdes Mutiara Arta Batur Kecamatan Getasan, Kopeng, Kabupaten Semarang, Sabtu 4 Januari 2024.

BACA JUGA: 14 Bulan jadi Kasatlantas, Kompol Wigiyadi Promosi jadi Kabalog Polres Batang

BACA JUGA: Bentuk Syukur Air yang Melimpah, Warga Bersihkan Curug Sari Sironjang sebelum Kirab Budaya

Seperti diketahui, cabai serta sayur mayur uang dijual di Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Boyolali sebagai besar datang dari kawasan pertanian Gunung Merbabu.

Disampaikan Sugiono, beberapa jenis harga cabai mengalami penampilan yang cukup menakjubkan meskipun momen Natal dan Tahun Baru telah usai.

Tercatat, untuk harga cabai rawit merah atau setan Rp 80 ribu perkilogramnya, cabai kriting Rp 75 perkilogramnya dan cabai rawit hijau Rp 80 perkilogramnya.

BACA JUGA: Terkait Pengerukan Tanah di JLS Terpasang Garis Polisi, Ini Dia Tanggapan Pj Wali Kota Salatiga

BACA JUGA: Disorot Pemerintahan Prabowo, Pj Wali Kota Salatiga Minta Distributor Cabe dan Bawang Ikut Menstabilkan Harga

Bercermin dari lahan yang dimilikinya sendiri, Sugiono mengaku saat ini 6000 batang cabai kriting yang ditanamnya gagal panen dengan kondisi daun kuning.

“Gagal panen dengan daun cabsi rata-rata kuning. Hal ini dikarenakan masa transisi dari panas ke hujan, sehingga akar tanaman cabai tidak sampai basah. Air hanya menyentuh tidak sampai akar,” ungkapnya.

Diakui Sugiono, kondisi gagal panen tidak hanya terjadi di alam petani cabai saja.
Warg di kawasan Gunung Merbabu yang hampir 95 persen bertani sayur mayur itu, saat ini juga mengalami nasib serupa.

BACA JUGA: Kali Kedua, Pj Wali Kota Salatiga Bawa Pulang Penghargaan Bergengsi sebagai Kota Informatif

BACA JUGA: Sajam Diamankan dari 12 Remaja yang Hendak Serang SMP di Bandungan

"Di tempat saya saja di kawasan Kopeng, Kecamatan Getasan dengan 3000 Kepala Keluarga (KK) hampir 95-nya petani sayur mayur merugi saat ini," akunya.

Sugiono yang juga Dewan Ketua Petani dari sejumlah Kabupaten ini sejauh ini mengaku, ia dan petani di seluruh Kawasan Gunung Merbabu saat ini tidak bisa berbuat banyak.

Meningkatnya harga cabai dan sayur mayur di sejumlah pasar tradisional di Salatiga, Boyolali serta Kabupaten Semarang menyebabkan harga kebutuhan pokok lainnya ikut naik.

BACA JUGA: Dukung Literasi, Terminal Tipe A Tidar Kota Magelang Sediakan Pojok Baca Digital

BACA JUGA: Katalog Elektronik Versi 6 Disosialisasikan, Pj Wali Kota Salatiga: Memperkuat Prinsip Good Governance

Bahkan, masakan matang yang dijual oleh warung-warung cukup berdampak.
"Kita tidak mungkin menaikkan harga, kasihan pelanggan. Jadi mungkin kita kurangi menunggu porsinya sambil harga stabil kembali," Sari, pegawai warung makan di Kabupaten Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: