Dicap Wilayah Sarang Teroris, Kesbangpol Kudus Berjibaku Hapus Stigma Negatif
Kepala Badan Kesbangpol Kudus, Mohammad Fitriyanto menyebut masih ada lima orang yang pernah terlibat jaringan terorisme hidup berdampingan dengan masyarakat Kudus.-istimewa-
KUDUS, diswayjateng.id –Kabupaten Kudus yang dikenal sebagai Kota Santri di Jawa Tengah, ternyata juga pernah dilabeli sebagai wilayah yang dijadikan sarang terorisme.
Stigma negative itu mencuat karena banyaknya tokoh terorisme berasal dan tinggal di Kudus, baik yang sudah ditangkap maupun yang sudah dibebaskan dari penjara atas tuduhan berideologi radikal.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kudus, Mohammad Fitriyanto menyebut, wilayah Kudus di lingkup nasional, termasuk sarangnya dari tokoh-tokoh yang terafiliasi jaringan terorisme dan gerakan radikalisme.
"Ada (pelaku terorisme) yang sudah ditangkap, ada yang bebas maupun yang masih di penjara, berasal dari Kudus," ujar Fitriyanto kepada wartawan usai Sosialisasi Forum Kerukunan Umat Beragama menjelang Pilkada 2024 di Pendapa Kudus.
BACA JUGA:Pilkada Serentak 2024 di Kudus, Ribuan Surat Suara Berlebih dan Ratusan Diantaranya Ditemukan Rusak
BACA JUGA:Pasar Murah Minyak Goreng Seribu Rupiah Bikin Warga Kudus Sumringah
Fitriyanto mengakui, saat ini masih ada lima orang yang pernah terlibat jaringan terorisme hidup berdampingan dengan masyarakat Kudus.
Namun kelima mantan narapidana terorisme (eks napiter) itu, sudah menyatakan diri sebagai warga NKRI dan meninggalkan paham terdahulunya.
"Eks napiter saat ini yang berasal dari Kudus sudah berhubungan baik dengan masyarakat, meninggalkan gerakan lama dan bisa berbaur," terang Fitriyanto.
Fitrianto menjelaskan, kelima eks napiter itu pernah terafiliasi jaringan Jamaah Ansharut Dhaulah (JAD) dan Jemaah Islamiyyah (JI).
BACA JUGA:‘BUMN’ Turun Gunung Jelang Pilkada, Rapatkan Barisan Ustaz dan Ulama Dukung Kudus Maju Berkah
BACA JUGA:Tumbangkan Ratusan Atlet Nasional, PB Djarum Kudus Borong 16 Medali Emas Gubernur Cup 2024
Namun mereka kini kembali ke jalan yang benar dan sudah membaur serta dilibatkan dalam kegiatan di masyarakat.
Fitrianto juga mengungkapkan terkait penangkapan warga Desa Gribig Kudus oleh Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri yang diduga terlibat terorisme beberapa waktu lalu.
“Tukang ojek online yang ditangkap tim Densus itu merupakan anggota Jamaah Ansharut Dhaulah (JAD) yang berkiblat pada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS),” terangnya.
Fitrianto pun mengimbau masyarakat Kudus agar ikut mengawasi lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Karena pergerakan mereka tidak bisa ditebak, pihak Kesbangpol Kudus rajin mengedukasi masyarakat agar tidak terlibat paham radikal terorisme.
BACA JUGA:Stroke Pemicu Kematian Terbesar di Kudus, Wajib Diketahui Ini Faktor Penyebab
Sementara itu, Penjabat Bupati Kudus Hasan Chabibie menyebut bahwa akar permasalahan munculnya radikalisme terletak pada klaim kebenaran tentang paham agama yang merasa benar.
"Konteks pemahamannya diyakini benar sedangkan yang lainnya salah, sehingga melakukan hal-hal distruktif dan radikal," ucap Hasan.
Karena itu, kata Hasan, menjadi tugas bersama tokoh agama, masyarakat, lembaga pendidikan hingga lingkungan keluarga untuk menanamkan sikap moderat dan menangkal paham radikalisme.
"Supaya hal yang sifatnya radikal, terorisme dapat diminimalisir, dengan merangkul orang-orang terdekat," pinta Hasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: