Rob, Warga Blendung Kabupaten Pemalang Buat Tanggul dari Bambu
MENAHAN - Warga Desa Blendung membuat penahan rob menggunakan bambu.Foto:M Ridwan/diswayjateng.disway.id--
DISWAYJATENG.ID, PEMALANG - Desa Blendung, Kecamatan Ulujami dulu dikenal sebagai Desa penghasil bandeng terbesar di Kabupaten Pemalang. Namun, kini masa kejayaan itu hanya tinggal kenangan gegara banjir rob. Warga setempat pun secara swadaya membuat benteng rob dari bambu.
Warga pun tak mau berpangku tangan dan mulai berinisiatif membangun tanggul sederhana berbahan bambu. Tanggul yang rencananya dibuat sepanjang satu kilometer itu saat ini baru terealisasi sekitar 400 meter dengan tinggi sekitar 1,5 meter.
"Abrasi yang kemudian berujung baiknya air laut di lahan pertanian, tambak dan permukiman warga juta rasakan sejak tahun 2019 lalu hingga saat ini. Terparah bulan Juni hingga Juli (2024)," kata Haryoto.
BACA JUGA:Ketua DPW PKS Jateng: Luthfi-Yasin Pasangan yang Tepat
Kalau terparah di permukiman ya bisa mencapai setengah meter. Itu pun, susah kembali ke laut karena daratan cekungan.
Dari data paguyuban petambak, kawasan terdampak rob itu yakni 150 hektare lahan tambak, dan sawah yang biasa panen dua kali setahun serta penghasil melati. Lalu ada juga 45 warung di kawasan bibir pantai yang saat ini tutup usai terkena abrasi.
"Abrasi dampak memakan daratan dan lahan tambak. Kondisi bibir pantai kian terkikis puluhan meter per tahun. Memang s ih masih jauh dari permukiman, tapi air masuk ke permukiman juga jika puncak rob," bebernya.
BACA JUGA:Pria Berbatik Ditemukan Meninggal di Selokan Samping Karaoke Victory Bandungan Semarang
Dampak rob yan mengikis lahan tambak dan persawahan turut dirasakan warga. Mereka pun terpaksa banting setir mencari pekerjaan di daerah lain.
"Banyak lahan tambak dan pertanian bunga melati yangn terdampak. Dulu, hampir tiap hari panen bandeng, sekarang sudah tidak lagi," terang Haryoto.
Menurutnya, lahan tambak, sudah tidak maksimal. Bahkan, banyak yang dianggurkan. Demikian juga lahan melati dan sebagian kecil sawah. Paling parah wilayah timur," sambung Haryoto.
BACA JUGA:KPU Salatiga Butuh 2.100 Petugas KPPS untuk Mengisi 300 TPS
"Kita buat tanggul swdaya dengan menggunakan bambu sebagai tanggul dan pemcah gelombang untuk mengurangi abrasi. Kalau rencana kita pakai bambu dan pasir memakan biaya Rp520 juta baru terealisasi Rp150 juta," tandasnya.
"Bambu ini, nantinya di tengahnya diisi pasir ketinggian mencapai 1,5 meter. Saat ini sudah 400 meter," sambung Haryoto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: