Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Adakan Program Pendidikan Kecakapan Hidup dan Kerja
SIMBOLIS - Bupati Tegal Umi Azizah didampingi Kepala Dinas Dikbud membuka program Pendidikan Kecakapan Hidup dan Kecakapan Kerja.Foto: Hermas Purwadi/jateng.disway.id--
DISWAYJATENG, SLAWI - Untuk kesekian kalinya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal. Kembali menggelar program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) dan Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK). Yang merupakan program layanan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pengembangan keterampilan kerja. Program ini diberikan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi di bidang keterampilan tertentu.
Bupati Tegal Umi Azizah hadir di pembukaan kegiatan yang dilakukan di Aula Dinas Dikbud.
Kepala Dinas Dikbud Fakihurrochim SSos MM menyatakan, kegiatan ini bertujuan memberikan bekal keterampilan kerja bagi masyarakat. Yang tidak bekerja karena belum memiliki keterampilan.
"Diharapkan lulusan program PKH maupun PKK dapat bekerja pada perusahaan, industri manufaktur, industri jasa, maupun industri rumahan dan industri lainnya," ujarnya.
Peserta kegiatan sebanyak 198 orang terdiri dari peserta pimpinan LKP 19 orang dan peserta kursus serta pelatihan sebanyak 179 orang. Untuk program pelatihan terdiri dari menjahit sebanyak 55 orang, komputer, 65 orang, otomotif 20 orang, tata rias pengantin 20 orang dan tata boga sebanyak 19 orang.
“Program ini didukung APBD II Kabupaten tegal untuk program PKH senilai Rp190 juta dan program PKK sebesar Rp168 juta, " cetusnya.
Bupati Tegal Umi Azizah meminta Dinas Dikbud turut memantau kegiatan untuk memastikan peserta didik benar-benar mahir. Dalam memahami pendidikan yang diikutinya. Kaum muda tidak hanya sekedar membutuhkan lapangan kerja, tapi bagaimana mereka ini bisa bekerja dengan kondisi yang layak. Sementara penciptaan lapangan kerja, baik oleh pemerintah, terlebih sektor swasta tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja setiap tahunnya.
“Tenaga kerja usia produktif yang tersedia melimpah dan lapangan kerja yang terbatas ini menciptakan berbagai persoalan, terutama pengangguran terbuka yang sampai sekarang masih menjadi PR kita bersama," tegasnya.
Umi juga meminta kepada Lembaga Kursus dan Pelatihan supaya yang diajarkan tidak hanya hard skill, keterampilannya saja. Apakah itu menjahit, mengoperasikan alat, komputer dan sebagainya. Tapi juga soft skill yang melatih mental supaya mereka ini benar-benar siap menghadapi kultur kerja yang berbeda. Dengan kedisiplinan dan keteraturan kerja serta tekanan lingkungan kerja yang bisa saja membuat tidak nyaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jateng.disway.id