Hasil Produksi Kopi di Kabupaten Tegal Terbatas, Bikin Petani Kesulitan untuk Ekspor

Hasil Produksi Kopi di Kabupaten Tegal Terbatas, Bikin Petani Kesulitan untuk Ekspor

PANEN - Petani sedang panen kopi di Desa Guci, Foto:Yeri Noveli/jateng.disway.id--

DISWAYJATENG, SLAWI - Hasil produksi kopi di wilayah Kabupaten Tegal masih sangat terbatas. Sehingga kesulitan untuk pemasaran ekspor ke luar negeri. Sejauh ini, pemasaran hanya sebatas di wilayah Indonesia.

"Pemasaran hanya daerah Tegal dan sekitarnya. Sedangkan luar kota, paling ke Jakarta, Bandung, luar jawa dan lainnya. Belum sampai ekspor, karena kopi yang kami hasilkan terbatas," kata pelaku usaha dan pegiat kopi asal Kabupaten Tegal, Ramanitya Khadifa atau kerap disapa Difa, kemarin.

Menurut Difa, sebenarnya Kabupaten Tegal masih banyak lahan yang bisa dijadikan untuk penanaman kopi. Sehingga sangat berpotensi untuk ekspor.

Namun, hal itu masih terkendala dengan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Utamanya untuk mengurus proses perawatan, pengolahan, dan fasilitasnya.

Karena itulah, Difa dan rekan-rekan yang tergabung dalam komunitas serumpun barista Tegal (Serbat) tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya memaksimalkan yang sudah ada.

"Permasalahan satu-satunya yaitu terkait peyiapan jumlah kopi yang belum memenuhi dan masih kurang," ucapnya.

Sejak tahun 2017, Difa mengaku sudah mencari lahan kopi di sejumlah wilayah di Kabupaten Tegal. Termasuk di wilayah atas seperti Desa Guci, Desa Batumirah dan Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa.

Dia menyebut, di Desa Guci ada lahan sekitar setengah hektare, dan jumlah pohon kopi lebih dari 1.000 batang. Setiap panen, estimasinya bisa menghasilkan 1 sampai 1,5 ton biji kopi.

Sedangkan di Desa Batumirah, sekali panen bisa mencapai 3 hingga 4 ton biji kopi di lahan seluas dua hektare.

"Paling itu untuk kebutuhan di wilayah Tegal dan sekitarnya," kata Difa.

Dia menjelaskan, untuk panen kopi sejak awal tanam bisa mencapai 4 tahun. Setelah itu, panen selanjutnya bisa dilakukan dua sampai tiga kali panen.

Menurut Difa, kopi asli Kabupaten Tegal masuk jenis arabika, dengan varietas beragam seperti sigarar utang, kartika, Linie S, Gayo 1, Gayo 2, Typica dan lain-lain.

Melihat potensi yang sangat bagus, terlebih kopi sedang menjadi tren di tengah masyarakat, Difa berharap kopi asli Kabupaten Tegal bisa seperti Aceh yang produknya dikenal baik Nusantara maupun dunia.

Difa tak menampik, harga kopi selalu meningkat. Untuk biji kopi mentah grade satu atau yang terbaik, harganya saat ini Rp130 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jateng.disway.id