Fakta Menarik dari Pacu Jalur, Kearifan Lokal Riau yang Go Internasional

Fakta Menarik dari Pacu Jalur, Kearifan Lokal Riau yang Go Internasional

--

DISWAYJATENG - Indonesia, dengan ragam kekayaan budaya dan tradisi, memiliki warisan yang kaya dalam bentuk Pacu Jalur.

Tradisi ini adalah perpaduan antara olahraga dan budaya yang unik, menggabungkan semangat kompetisi dengan nilai-nilai adat yang mendalam.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fakta-fakta menarik tentang tradisi Pacuan Jalur, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas masyarakat Indonesia.

1. Asal Usul Pacu Jalur

Pacu Jalur merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon.

Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam.

Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Oleh karena itu Pacu Jalur diadakan sekitar bulan Agustus. Dapat digambarkan saat hari berlangsungnya Pacu Jalur, kota Jalur bagaikan lautan manusia.

Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100. Menurut masyarakat setempat jalur adalah 'perahu besar' terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu).

Perlombaan yang konon sudah ada sejak tahun 1903 ini menjadi agenda tetap Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi.

2. Variasi Tradisi di Daerah

Pacu Jalur memiliki variasi yang beragam di berbagai daerah di Indonesia.

Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam pelaksanaan tradisi ini, seperti aturan perlombaan, ukiran dari perahu yang digunakan, dan perlengkapan yang dikenakan oleh para pendayung perahu.

BACA JUGA:Mengapa Ada Budaya Seserahan Dalam Pernikahan? Simak Penjelasannya Berikut!

3. Simbol Kebersamaan dan Persaudaraan

Pacu Jalur tidak hanya sekadar kompetisi fisik, tetapi juga merupakan simbol kebersamaan dan persaudaraan di antara masyarakat.

Dalam tradisi ini, peserta tidak hanya bersaing untuk meraih kemenangan, tetapi juga untuk memperkuat ikatan sosial dan budaya di antara komunitas mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: