Petani Bawang Merah Kesulitan Air Irigasi, Comberan Pun Jadi Tapi Biaya Produksi Tinggi

Petani Bawang Merah Kesulitan Air Irigasi, Comberan Pun Jadi Tapi Biaya Produksi Tinggi

Petani di Kelurahan Pasarbatang Brebes menyedot air comberan untuk mengairi sawahnya. --

BREBES, DISWAYJATENG - Sejumlah petani bawang merah di Kabupaten Brebes rela mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bahan bakar mesin pompa.

Hampir sebulan terakhir, para petani harus menyedot air limbah perumahan atau air comberan untuk mengairi sawahnya. 

Untuk mengalirkan air comberan ke sawah pun, petani harus memompanya dan harus keluar uang untuk membeli bahan bakar mesin pompa.

Mereka harus mengeluarkan biaya BBM Rp30 ribu sekali pompa. Untuk satu kali tanam hingga panen, paling tidak mereka harus 10 kali memompa air comberan. 

"Kesulitan air ini sudah hampir sebulan terakhir. Semua petani di wilayah perkotaan Brebes ini pakai air comberan. Padahal, periode tanam bulan Mei-Juni ini berpotensi menghasilkan hasil panen yang bagus," kata petani bawang merah di Kelurahan Pasarbatang Brebes, Agni (24), Sabtu (11/6). 

Dia menyebut, para petani terpaksa memanfaatkan air comberan karena kesulitan mendapatkan air untuk mengairi tanamannya. Petani mengakui bahwa penggunaan air comberan tidak baik untuk tanaman.

Saat panen, ukuran bawang merah bakal lebih kecil dan rawan terserang penyakit. Ditambah lagi biaya produksi yang makin membengkak. 

"Dampak ke tanaman jelas kurang sehat dan pertumbuhannya agak kerdil. Ada biaya tambahan untuk pengobatan karena menggunakan air comberan. Sekali memompa air comberan ini paling tidak selama 12 jam. Sekali pompa itu, untuk bensin sekitar Rp30 ribu dan minimal ambil air comberan ini tiga hari sekali," ungkap dia. 

Ia menambahkan, petani menyedot air comberan dengan menggunakan pompa air di saluran irigasi. Petani harus mengeluarkan biaya beli 3 liter BBM per hari untuk menyedot air itu. Sehingga, pada masa tanam ini petani mengaku untung tipis.

"Penggunaan air comberan ini sudah hampir sebulan lalu karena sudah tidak ada hujan dan air irigasi juga sudah tidak ada," jelasnya.

Hal serupa dialami petani lainnya, Mulyono. Ia mengaku harus mencari sumber air untuk mengairi tanaman bawangnya yang sudah berusia 40 hari.

Petani di wilayahnya mencari sumber air menggunakan pompa diesel yang dipasang di pinggir sungai dan irigasi. Sementara, irigasi yang melintas di areal persawahan itu nampak kering.

"Sudah satu bulan ini kesulitan air. Biasanya ambil di irigasi menggunakan pompa diesel. Tapi sudah beberapa hari irigasinya sudah kering," ungkap Mulyono. 

Kepala Pengelolaan Dinas Sumber Daya Air dan Tata Ruang (DPSDA-TR) Brebes, Abdul Majid saat dikonfirmasi menuturkan, saat ini kondisi debit air relatif berkurang. Aliran irigasi di wilayah pantura bersumber dari bendug Notog.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radar brebes