Inovasi Ramah Lingkungan Bernilai Tinggi, Unnes Ciptakan Lukisan dan Kerajinan Unik dari Tulang Daun

Inovasi Ramah Lingkungan Bernilai Tinggi, Unnes Ciptakan Lukisan dan Kerajinan Unik dari Tulang Daun

Syaifudin melukis diatas tulang daun menunjukan hasil lukisan diatas tulang daun body, Jumat 23 Mei 2025.--Wahyu Sulistiyawan

Selama menggeluti profesi seni lukis, tulang daun merupakan media yang paling sulit dikerjakannya.

"Selama saya melukis, media yang paling sulit ya tulang daun ini, karena butuh kehati-hatian, kesabaran betul-betul diuji. Jika ada tetesan tinta sedikitpun sudah tidak bisa digunakan, karena itu menjadi noda," terangnya.

"Ini menjadi keunikan sendiri, merupakan kombisai lukisan dengan frame berupa daun seperti ini," tambahnya.

Tidak hanya menjadi media lukisan, tulang daun ini juga dimanfaatkan berbagai macam kerajinan, seperti gantungan kunci, tas, bros, hiasan lampu, toples dan media eco print.

Berbagai kerajinan dan lukisan tulang daun ini merupakan unit kewirausahaan tulang daun Rasendriya yang dicetuskan oleh salah satu dosen Prof. Dr. Amin Retnoningsih, M.Si. Profesor Biologi Fakultas Matematika dan IPA (MIPA) Unnes.

Pembuatan tulang daun saat ini menjadi mata kuliah kewirausahaan Rasendra. Dimana setiap kelompok mahasiswa wajib membuat desain untuk produk berbasis tulang daun.

"Mahasiswanya kalai diajar tentang teori banyak yang tidur, bosan hafalan katanya. Sejak punya ide ini kita selalu kalau mengajar kita kaitkan dengan kegiatan mengolah limbah itu lebih menarik daripada hanya belajar teoritik," terangnya.

Dari gagasan tersebut, munculah usaha di dalam kampus Rasendriya yang basisnya pengolahan limbah.

"Sesuai dengan visi UNNES tentang konservasi, sehingga pas banget kita mengolah limbah ini dimana Unnes banyak sekali pohonnya," katanya.

Retno menjelaskan, saat ini ada 15 jenis pohon kayu yang daunnya bisa diolah menjadi tulang daun.

"Tidak semua jenis pohon kayu daunnya bisa digunakan, hanya beberapa saja dan itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam kerajinan," terangnya.

"Saat ini lukisan masih menjadi favorit kami yang paling banyak diminati terutama untuk souvenir kampus maupun instansi pemerintahan," tambahnya.

Saat ini berbagai macam kerajinan dari tulang daun sudak didaftarkan Hak Cipta Rasendriya sehingga bisa dipasarkan baik di tempat fasilitas publik maupun pemerintahan.

"Sekarang kita sudah jual di 10 outlet termasuk di Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang, Rest Area Boyolali dan souvenir Unnes sendiri," katanya.

Retno berharap, kewirausahaan tulang daun dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa di Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait