Warga mengeluhkan air yang mengalir sangat kecil, bahkan hanya menetes di tengah malam.
“Airnya kalau pun mengalir, hanya kricik-kricik jam satu malam, subuh sudah mati lagi,” ungkap Ushul Harmanto, warga Desa Tegalsari.
Direktur Umum Perumda Sendang Kamulyan, Siswandi, tidak menampik bahwa gangguan besar dalam distribusi air bersih ini disebabkan oleh rusaknya sumber utama di Tuk Bismo.
“Ini musibah besar. Bak penampungan dan instalasi intake air hancur dihantam batu dan pohon besar saat banjir,” ujarnya.
Siswandi menjelaskan bahwa dari tujuh titik mata air yang dimiliki Perumda Sendang Kamulyan, lima di antaranya mengalami kerusakan parah.
“Batu-batu besar menutup aliran air dan tidak bisa digeser bahkan dengan alat berat. Aksesnya pun sangat sulit, hanya bisa dilalui sepeda motor atau jalan kaki di tebing curam,” tambahnya.
Meski mengalami kerugian hingga Rp1 miliar akibat bencana ini, pihak Perumda berupaya maksimal agar pelayanan air kembali normal pada Juni 2025.
Masyarakat diimbau untuk bersabar karena upaya pemulihan sedang berlangsung guna memastikan layanan air bersih kembali lancar.