
Namun, TPP ini tak diberikan cuma-cuma.
Ada indikator ketat yang memengaruhi pencairannya, seperti tingkat kehadiran, kinerja, disiplin, dan bahkan lokasi penugasan.
Sri menegaskan bahwa TPP akan diberikan secara proporsional sesuai capaian kinerja.
ASN yang rajin, hadir penuh, dan menunjukkan performa baik akan mendapatkan TPP maksimal.
Sebaliknya, ASN yang sering absen atau abai terhadap aturan bakal kena potongan sesuai regulasi.
“Semakin tinggi kehadiran, semakin besar TPP yang diterima. Nilai evaluasi kerja juga memengaruhi besaran TPP yang dibayarkan,” imbuh Sri.
Langkah ini sekaligus menjadi strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pendekatan insentif.
Ketika banyak kepala daerah memilih ‘jalan aman’ dengan memangkas insentif demi menyesuaikan surat edaran refokusing, Bupati Faiz justru memilih bersikap berani.
Ia menempatkan kesejahteraan pegawai sebagai prioritas—dengan keyakinan bahwa pegawai yang sejahtera akan bekerja lebih baik.
Dan memang, atmosfer apel akbar pagi itu berubah menjadi perayaan moral.
ASN yang awalnya cemas akan pemangkasan, kini bisa kembali fokus menjalankan tugas tanpa beban.
Kebijakan ini tak hanya berdampak pada isi dompet, tapi juga pada semangat kerja.