
PEKALONGAN, diswayjateng.id - Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan tidak hanya menjadi momen silaturahmi, tetapi juga berkah ekonomi bagi para pedagang lopis, jajanan khas yang identik dengan perayaan Lebaran Syawal.
Sejak H+1 Idul Fitri 1446 H/2025 M, puluhan pedagang mulai menjajakan dagangannya di berbagai sudut kota, seperti Kawasan Jetayu, Jalan Agus Salim, dan Jalan Seruni, menyambut lonjakan pembeli yang biasanya memuncak pada hari ketujuh setelah Idul Fitri.
Lopis, terbuat dari ketan putih dibalut parutan kelapa dan siraman gula aren cair, tetap menjadi primadona warga Pekalongan maupun pemudik.
Rasanya yang legit dan tekstur kenyal membuat kuliner ini tak pernah absen dalam tradisi Syawalan.
BACA JUGA: Ditipu Dokter Gadungan, Korban Penipuan CPNS di Pekalongan Rp150 Juta Tempuh Jalur Hukum
BACA JUGA: Hakim MK Arsul Sani Mudik di Pekalongan, Pesannya: Boleh Melanglang Buana, Tapi...
Tegar (35), pedagang lopis di depan Rutan Kelas IIA Pekalongan, mengaku mulai berjualan sejak H+1 Lebaran. Ia menawarkan dua varian: lopis original (Rp10.000) dan lopis lengkap dengan gula aren plus kelapa parut (Rp12.000).
"Puncak penjualan biasanya saat Syawalan nanti. Banyak pembeli dari luar kota juga," ujar warga Kelurahan Poncol ini.
Meski bisa menjual ratusan lopis dalam sepekan, Tegar mengeluhkan kenaikan harga bahan baku.
Beras ketan naik dari Rp17.000/kg menjadi Rp20.000/kg, sementara kelapa melonjak dari Rp6.000/butir menjadi Rp10.000.
BACA JUGA: 29 Ribu Pemudik Tiba di Pekalongan Gunakan Kereta Api, Ini Rinciannya
BACA JUGA: TPA Degayu Pekalongan Dibuka Lagi hingga Syawal, Pemkot Pekalongan Siapkan Langkah Strategis
Miskiyati (48), pedagang lain di Jalan Seruni, mengaku sudah menjual ratusan lopis sejak H+1.
"Banyak pelanggan yang pesan sebelum Lebaran," ujar warga Kelurahan Klego ini.
Meski persaingan ketat, ia bersyukur bisa terus melestarikan kuliner tradisional sekaligus menambah penghasilan.