Tradisi Punggahan, Karifan Lokal Masyarakat Gamol Salatiga : Kue Apem sebagai Simbol Permohonan Maaf

Sabtu 01-03-2025,21:05 WIB
Reporter : Nena Rna Basri
Editor : Wawan Setiawan

SALATIGA, diswayjateng.id - Beragam tradisi yang digelar masyarakat menjelang dan selama bulan Ramadan ini.

Kearifan lokal seakan tidak lekang oleh jaman. Perkuatan ukhuwah dengan tetap menjalankan tradisi menjadi satu hal yang wajib.

Seperti dilakukan warga Dusun Gamol  RT 05/RW 06, Kelurahan Kecandran, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Menyambut bulan suci Ramadan ini, warga Dusun Gamol menggelar yang disebut dengan Punggahan.

BACA JUGA: Daihatsu Grand Max vs Mitsubishi Outlander, Dua Pengemudi Alami Luka-Luka

BACA JUGA: Peringati Harlah, IPNU dan IPPNU Kota Tegal Rumuskan Konektivitas dan Gagasan Gerakan

Punggahan sebuah tradisi dengan harapan dalam menjalankan ibadah selama bulan puasa dapat lebih banyak sepanjang Ramadan.

"Kegiatan punggahan sendiri, diawali dengan memanjatkan doa serta pembacaan tahlil ditujukan kepada leluhur yang telah tiada," kata Ketua RT 05 Riyanto.

Sedikit bercerita, Riyanto menyebutkan tradisi Punggahan untuk menyambut bulan Ramadan sendiri telah berlangsung lama.

BACA JUGA: Karnaval Mapak Poso Kabupaten Pemalang, Berharap Dapat Berkah di Bulan Suci Ramadan

BACA JUGA:Satgas Pangan Polres Grobogan Pastikan Kebutuhan Pokok Aman Selama Ramadan 1446 H

"Warga yang ikut dalam pelaksanaan punggahan sendiri diwajibkan membawa sajian penganan berupa kue apem, kue pasung, dan olahan berbahan beras ketan," ujarnya.

Ia pun mengamini, jika tradisi Punggahan meneruskan para pendahulu.

Dimana, cikal bakal Punggahan diajarkan Sunan Kalijaga simboli menyambut Ramadan.

BACA JUGA: Hilal Tidak Terlihat di Semarang, Ditetapkan 1 Ramadan Jatuh pada 1 Maret 2025

BACA JUGA: Momen Haru Karyawan Sritex Coret Seragam Kerja di Hari Terakhir Sebelum Pabrik Tutup

Dan salah satu makanan yang dikatakan wajib ada adalah kue apem.
"Untuk kue apem disimbolkan permohonan maaf, apem serapan dari kata afwan dalam bahasa arab," terangnya saat menggelar Punggahan di Mushola Al Muttaqin Gamol.

Ia menambahkan, tujuan dari Pungguhan terbilang mulia. Dimana, muslim yang menjalankan puasa di bulan Ramadan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

Punggahan atau Munggahan juga menjadi momen mempererat tali silaturahmi antar warga. Hal ini sebagai simbol yang wujudkan melalui makan bersama seusai berdoa.

BACA JUGA: Ribuan Karyawan PT Sritex Kena PHK, Disnaker Pastikan Penyaluran Jaminan Hari Tua Lancar

BACA JUGA: HUT ke-101 RSUD Soemodiardjo, Sekda Grobogan: Terus Berikan Layanan Terbaik kepada Masyarakat

"Dengan Punggahan muslim dapat mempersiapkan diri secara spiritual dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan," ujarnya.

Masyarakat yang melangsungkan tradisi Punggahan, biasanya juga menggelar 'nyadran' atau membersihkan makam leluhur serta melangsungkan doa-doa serta berniat untuk menghindari perbuatan yang tidak baik selama bulan puasa.

"Selain itu, Punggahan atau munggahan juga menjadi ungkapan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan," imbuhnya.

BACA JUGA: Mengenang Masa Muda, Sri Hastuti Datang dari Wonogiri untuk Melihat Kirab Dugderan

BACA JUGA: Daftar 5 Website Penghasil Uang, Gunakan dan Dapatkan Uang Hingga 1 Juta Hanya Modal Internet

Tokoh agama setempat Ustad Zuhri menjelaskan, tradisi Punggahan biasanya dilaksanakan antara seminggu hingga dua hari menjelang hari pertama puasa Ramadan.

Ia menandaskan, tradisi punggahan juga sebagai pengingat agar masyarakat ada persiapan menyambut Ramadan misalnya yang puasa tahun lalu ada bolong karena halangan bisa membayar fidyah atau mengganti puasa.

"Punggahan memiliki beragam ungkapan makna tetapi yang utama terkait ibadah pada bulan Ramadan agar lebih dapat ditingkatkan dibanding bulan lainnya," imbuhnya.

Kategori :