Ki Haryo Susilo, Dalang Muda Putra Ki Enthus Susmono Sempat Fobia dengan Wayang, Ada Apa?

Kamis 06-02-2025,13:14 WIB
Reporter : K Anam Syahmadani
Editor : Rochman Gunawan

TEGAL, diswayjateng.id - Dalang muda itu muncul dari balik pintu kediamannya saat Radar Tegal berkunjung ke Sanggar Putra Satria Laras yang beralamat di Jalan Projosumarto II, Desa Bengle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Senin siang menjelang sore, 3 Februari 2025. Selayaknya seorang pemuda, dia berpenampilan segar. Berkaus lengan pendek dan memakai sarung. 

Pemuda yang dilahirkan dengan nama Firman Haryo Susilo dari pasangan Enthus Susmono dan Romiyati itu mempersilakan Radar Tegal untuk duduk di pendapa berkarpet merah yang biasa digunakan untuk menerima tamu dan menggelar acara. Di sekitar tempat kami duduk terpampang puluhan wayang golek, juga foto-foto Haryo bersama sederet tokoh nasional.

Tidak ketinggalan, lima lukisan Punakawan terpajang pada dinding. “Itu dibeli dari Om Wowok,” kata Haryo yang memiliki nama panggung Ki Haryo Susilo, menyebut nama perupa kondang Kota Tegal, Wowok Legowo. Selain soal lukisan, pria 31 tahun ini antusias berbincang tentang Manchester United, kesebelasan Liga Inggris favoritnya.

Haryo mengaku mulai mendalang semenjak dia duduk di Kelas 6 SD Al Irsyad Kota Tegal. Bukan Ki Enthus, bukan pula Ibunya Romiyati, namun kepala sekolahnya lah yang mendorong Haryo untuk mulai mendalang. Namanya Pak Tholib. Ayahnya sendiri justru bertanya-tanya. “Ader (Memangnya) Haryo bisa?” ucap Haryo menirukan reaksi Ki Enthus yang dipanggilnya Abah, kala itu.

BACA JUGA:Gebrakan Baru, Wayang Golek Gamelan Keroncong

BACA JUGA:Ciri Wayang Kulit Gagrak Yogyakarta dan Makna Budayanya

Seperti putra kiai yang lazimnya nyantri di kiai lain, Haryo belajar mendalang di dalang lain. Guru mendalang pertamanya adalah Ki Sunoto Kramat. Ki Enthus rupanya memperhatikan. Karena memiliki standar tinggi, Ki Enthus kurang puas melihat perkembangan Haryo. Dia akhirnya turun tangan menggembleng putranya yang memasuki Kelas 10 SMA Negeri 1 Kota Tegal.

Karena standar tinggi yang diterapkan Abahnya itu, Haryo merasa dalam tekanan. Itu dirasakannya tidak mudah. Suatu ketika, dia bahkan sempat akan dipukul dengan menggunakan gamelan oleh Ki Enthus, karena tidak bisa menguasai materi yang diberikan dalam latihan. Haryo saat itu melihat sosok menyeramkan dalam diri Ki Enthus.

Peristiwa tersebut sangat membekas dalam benak Haryo dan membuatnya sempat mengalami fobia dengan wayang. Tidak hanya itu, sampai menyebabkan hubungan dengan Abahnya renggang. “Waktu itu saya sempat tidak berkomunikasi dengan Abah, tidak meminta uang,” tutur suami dari Rachmatia Ayu Pratiwi mengenang masa lalunya.

Untungnya, konflik tersebut bisa didamaikan Endang Supadmi, Guru Seni Budaya SMA Negeri 1 Kota Tegal. Karena fobia dengan wayang, Haryo mencurahkan bakat keseniannya di Teater Q asuhan Rudi Iteng. Selain itu, di Grup Musik Etnik Kontemporer Lincak Perkusi di bawah komando Sutradara Film Turah Wicaksono Wisnu Legowo, dan menjadi pemusik di Teater RSPD arahan Yono Daryono. 

BACA JUGA:Nguri Budaya Dusun Manggung-Limbangan, Kirab Budaya Pertemukan Gong Kyai Jenggot dan Gong Dalang Wayang Kulit

BACA JUGA:Meriah! Pekan Kebudayaan Daerah 2024, Ada Sintren hingga Wayang Asli Batang

Selepas SMA, Haryo melanjutkan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Saat akan mendaftar, pertentangan tidak terelakkan antara Haryo dan Ki Enthus, karena bukannya Jurusan Seni Pedalangan, Haryo justru memilih Jurusan Psikologi. Di UMS, dia bergabung dengan Teater Lugu Unit Kegiatan Mahasiswa Psikologi.

Setelah lulus kuliah dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,78, Haryo membuka usaha warteg di Solo. Namun, hanya bertahan enam bulan. Diam-diam, Haryo mendaftar di Pertamina dan diterima di salah satu vendornya. Singkat cerita, dia diminta resign dari pekerjaannya oleh Ki Enthus yang saat itu mencalonkan diri dalam Pemilihan Bupati Tegal. 

Haryo diberi mandat untuk mengurus manajemen Satria Laras dan mendapatkan gaji dari Ki Enthus. Pekerjaan ini sekaligus mengantarkan Haryo berjumpa dengan dalang-dalang sahabat Ki Enthus di Solo dan Sragen, salah satunya almarhum Ki Manteb Sudarsono. Momen tersebut menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi anak kedua dari empat bersaudara ini.

Kategori :