diswayjateng.id - Yogyakarta dikenal sebagai salah satu pusat utama pengembangan industri batik di Indonesia. Beberapa jenis motif batik Yogyakarta antara lain batik ceplok kates, kawung, parangkusumo, truntum, tambal, dan pamiluto.
Ciri khas batik Yogyakarta terletak pada penggunaan warna-warna dominan seperti hitam, putih, dan cokelat. Selain itu, motif batik Yogyakarta sering kali menggambarkan sosok manusia atau hewan. Setiap motif yang ada mengandung filosofi yang menyampaikan ajaran moral bagi kehidupan manusia. Lantas, apa saja jenis motif batik Yogyakarta?
BACA JUGA:Mengenal Tradisi dan Budaya Masyarakat Yogyakarta yang Masih Dilestarikan
BACA JUGA:6 Tempat Bersejarah di Yogyakarta yang Wajib Dikunjungi
Jenis Motif Batik Yogyakarta dan Makna Filosofisnya
Beradasarkan informasi dari Gramedia, berikut adalah jenis motif batik Yogyakarta:
1. Batik Kawung
Motif batik ini menyerupai bulatan yang mirip dengan buah kawung (sejenis kelapa atau kolang-kaling) yang disusun secara rapi dan geometris. Motif ini juga sering diartikan sebagai kembang lotus atau teratai dengan empat lembar mahkota bunga yang mekar.
Makna dari motif ini mencerminkan kesucian, kemurnian, dan kesempurnaan. Selain itu, motif ini juga melambangkan kekosongan nafsu dan hasrat duniawi yang berkaitan dengan konsep suwung. Kekosongan ini memungkinkan seseorang untuk menjadi netral dan mengendalikan diri dengan baik. Makna lain dari batik ini adalah harapan agar usaha yang dilakukan dapat membuahkan hasil dan mendapatkan rezeki yang melimpah.
2. Batik Ceplok Kembang Kates
Motif ini berasal dari Kabupaten Bantul dan terinspirasi oleh unsur utama pohon pepaya (kates), yang mencakup bunga dan biji pepaya, serta tambahan elemen seperti cecek, isen-isen, putik, dan sawut. Pola batik ini terinspirasi oleh motif Prabanegara dengan susunan pola diagonal yang berulang. Warna yang digunakan dalam motif ini adalah hijau, merah, dan biru.
Secara filosofis, motif ini melambangkan semangat masyarakat dalam mengabdi serta mempertahankan negara, bangsa, dan kesejahteraan masyarakat Bantul. Batik ini sering dikenakan oleh pegawai negeri sipil (PNS) di Bantul, namun juga dapat dipakai oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Batik Parangkusumo
Motif batik ini melambangkan bahwa kehidupan harus dibangun atas perjuangan untuk meraih kebahagiaan, baik secara lahiriah maupun batiniah, seperti keharuman bunga.
Bagi masyarakat Jawa, hal terpenting dalam kehidupan sosial adalah keharuman atau kebaikan pribadi, tanpa mengabaikan norma dan etika yang berlaku. Setiap individu diharapkan mematuhi aturan dalam masyarakat dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Batik ini merupakan representasi dari berbagai norma tersebut.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Makanan Khas Sekitar Malioboro Yogyakarta dengan Harga Terjangkau, Enaknya Bikin Nagih
BACA JUGA:10 Wisata di Yogyakarta dengan Pemandangan Sunset Terbaik, Cocok untuk Anak Senja
4. Batik Ciptoning
Motif ini biasanya dikenakan oleh orang yang dituakan atau pemimpin. Diharapkan pemakainya menjadi sosok yang bijaksana dan mampu memberikan arahan yang benar kepada orang-orang yang dipimpinnya. Makna filosofis di balik motif ini tidak hanya ditujukan untuk pemimpin, tetapi juga untuk setiap individu agar dapat menempatkan diri dengan baik di tengah masyarakat.
5. Batik Truntum
Motif batik ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana, permaisuri Sri Susuhunan Pakubuwana III dari Surakarta. Ia merancang motif ini sebagai simbol cinta yang tulus, abadi, dan semakin berkembang seiring waktu.