SRAGEN, diswayjateng.id – Desakan dan masukan untuk merobohkan tugu gading dan tidak berkantor di pemerintah daerah (Pemda) terpadu pada Pasangan Bupati- Wakil Bupati Sragen terpilih Sigit Pamungkas – Suroto cukup massif. Lantas Sigit Pamungkas sempat memberi tanggapan soal desakan tersebut dalam beberapa kesempatan ketika bertemu wartawan.
Saat ditanya wartawan usai penetapan bupati dan wakil bupati, perihal menempati kantor pemda yang baru atau memilih di kantor yang lama, Sigit menyampaikan belum memutuskan soal akan berkantor. Namun pada prinsipnya, apa yang sudah dibangun oleh pemerintah sebelumnya harus dihargai.
”Masalah nanti bertempat dimana, tunggu setelah pelantikan saja,” ujar Sigit beberapa waktu lalu.
Selain itu, saat ditanya perihal simbol gading yang diusulkan dirobohkan oleh mantan Bupati Agus Fatchurrahman, Sigit berpendapat bahwa orang lain juga bisa mengusulkan. Namun, Sragen ini dari sisi sejarah tidak bisa lepas dari peradaban. Dulu Sragen bagian dari laut yang mengalami pendangkalan.
Lantas menjadi rawa dan muncul tumbuhan dan berbagai binatang. Lalu muncul kehidupan manusia yang ditunjukkan dengan banyaknya temuan manusia purba dan binatang purba di Sangiran. ”Jadi Sragen ini bagian dari perkembangan peradaban. Yang ditemukan juga fosil homo sapiens, yang merujuk pada peradaban manusia. Bukan pada binatang,” ujarnya.
Dia menyampaikan misalnya jika gading itu diasumsikan gading gajah, orang lebih banyak mengenal Lampung daripada tempat lainnya. Namun masyarakat lebih mengenal manusia purba di Sragen dibanding tempat lain.”Namun hal ini menjadi masukan,” ujar dia.