Dijelek-jelekan Lawan Politik, Untung Wiyono Pilih Diam

Senin 14-10-2024,21:26 WIB
Reporter : Mukhtarul Hafidh
Editor : Wawan Setiawan

“Keluarga kami hanya satu, sayang Sragen. Aku buktikan bahwa kami sayang Sragen, kami mencintai Sragen. Kami ini pengabdian dan dalam pengabdian itu ada pengorbanan. Jadi Bupati itu bukan ingin kaya tetapi pengabdian. Kalau ingin kaya maka jadi pedagang. Pengorbanan itu ikhlas, lillahi ta'ala dan insya Allah enggak minta ganti. Semoga jadi amal ibadah kami,” kata Untung.

Untung meyakini janji Allah bahwa barang siapa dari hamba-Nya menjadi pemimpin yang baik maka akan Ditempatkan bersama dengan Nabi.

Untung memberikan bukti cintanya kepada Sragen, yakni dengan melakukan sesuatu untuk Sragen sejak tahun 1981. Ia pernah membuat sistem pengairan sehingga para petani dapat panen tiga kali, kemudian membangun rumah sakit dan sekolah.

“Untung Wibowo Sukawati, calon bupati Sragen yang juga anak saya, bahkan sudah berpengalaman menjadi legislator selama tiga periode sehingga membuat visi misi sendiri. Saya justru belajar dengan Bowo, salah satunya mana yang pernah PDIP di Sragen setenang ini di bawah kepemimpinan Bowo. Dulu, zaman saya yang memimpin PDIP tidak bisa sekondusif ini,” kata Untung.

Untung mengungkapkan 10 tahun jadi Bupati, Mbak Yuni dua periode jadi Bupati Sragen, dan Bowo 15 tahun jadi legislator. Selama masa itu, katanya, ada manfaatnya atau tidak untuk warga Sragen.

“Jadi kalau kami dijelek-jelekkan, itu urusannya Yudikatif, bukan urusan saya. Saya berpikirnya bagaimana masyarakat Sragen memahami hal itu. Kalau orang menjelek-jelekkan orang maka orang itu sendiri yang jelek. Setiap pemimpin sudah lewat masanya. Paling mahal di pengorbanan. Waktu itu tidak bisa dibeli dan tidak bisa diulang tetapi kalau uang bisa dicari,” jelasnya.

 

Kategori :