DISWAY JATENG - Gedung yang berdiri kokoh dan megah di simpang lima kota Semarang itu masih menjadi jantung kota Semarang hingga kini.
Nama Lawang Sewu merupakan bahasa jawa yang berarti ‘seribu pintu’. Nama tersebut juga sebuah julukan supaya masyarakat lebih mudah menyebutkannya. Dalam bahasa Belanda Lawang Sewu juga disebut dengan Het administratiegebouw van de Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij. Gedung tersebut sebenarnya merupakan gedung perkantoran milik Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
saat ini bangungan tersebut menjadi aset miliki PT Kereta Api Indonesia (KAI), yang menjadi museum serta galeri untuk mengenang sejarah perkereta apian di Indonesia.
Fakta Menarik Lawang Sewu
1. Mengandung Nilai Seni
Ketika memasuki bangunan tua Lawang Sewu kalian mungkin akan terpesona dengan gaya menarik bangunan yang juga memiliki nilai-nilai seni. Seperti kaca patri yang diletakan tepat di atas tangga utama, memiliki nilai filosofis.
Ornamen empat kaca patri tersebut memiliki nilai dan harapan yang berbeda. Kaca patri pertama melambangkan keindahan tanah jawa yang penuh dengan sumber daya alam. Mulai dari flora, fauna hingga hasil buminya, kemakmuran tersebut digambarkan dengan indah dengan sedikit sentuhan gaya Eropa.
Kaca patri kedua merupakan refleksi kisah tentang Semarang dan Batavia kala itu, dimana kedua kota besar ini menjadi pusat kegiatan maritim. Kemudian pada kaca patri berikutnya merupakan lambang roda terbang dan gambar Dewi Fortuna dan Venus sebagai simbol keberuntungan dan cinta.
2. Desain Bangunan Berdasarkan Kondisi Iklim
Seperti yang kita tahu bahwa gedung Lawang Sewu ini memiliki kharisma yang unik, dimana semua orang yang melihatnya pasti ingin menoleh ke arahnya. Tentu, hal tersebut bukan tanpa alasan. Lawang Sewu tampak mewah dengan desain bangunan khas rupanya merupakan hasil dari pemikiran yang cukup lama dan detail.
Gedung Lawang Sewu ini rupanya dibangun untuk menyesuaikan kebutuhan pekerja dengan iklim yang ada di Indonesia yang tropis dan cenderung lembab. Oleh karena itu, gedung ini memiliki jendela yang lebar-lebar dan banyak supaya sirkulasi udara disana baik. Serta pintu yang banyak dan saling menghubungkan ruangan satu sama lain untuk mempermudah gerak pekerja menuju ruangan lain.
3. Perang Lima Hari
Perpindahan kepemilikan gedung Lawang Sewu sebagai kantor NIS kepada Jepang terjadi pada tahun 1942. Setelah dimiliki oleh pihak Jepang, pada tahun 1945 para pemuda Semarang memutuskan untuk memperebutkan Lawang Sewu. Sehingga pada 15-19 Oktober, selama lima hari berturut-turut Angkatan Pemuda Kereta Api (AMKA) bertempur dengan tentara Jepang di depan Gedung.
Pihak tentara Jepang yang berjumlah sekitar 500.000 orang berada di dalam dan sekitar gedung, sedangkan pihak AMKA berada di seberang jalan yakni Wilhelminaplein atau sekarang dikenal sebagai daerah Tugu Muda. Pasukan AMKA yang kalah jumlah bertahan selama lima hari meskipun pada akhirnya tetap kalah.