Gangguan Kesenangan

Rabu 17-08-2022,04:00 WIB
Reporter : Ismail F
Editor : Ismail F

Merdeka!

Di kalangan TNI, dulu, ada kelompok yang disebut ''kelompok intelektual-profesional''. Begitu banyak jenderal yang membahas secara kritis dwifungsi ABRI. Kelompok ini terus menyuarakan sisi-sisi negatif dwifungsi ABRI. Terutama dalam pembangunan bangsa yang kuat. Perjuangan kelompok ini bisa dikatakan berhasil. Tentara berhasil mengubah dirinya. Dengan berbagai pengorbanan kenikmatan fasilitas yang menggiurkan.

Merdeka!

Peristiwa Duren Tiga, yang dilanjutkan ke Kelapa Dua, telah menimbulkan begitu banyak sorotan. Begitu kompak opini di masyarakat. Inilah untuk kali pertama cebong dan kampret bisa bersatu. Satu suara: mengecam Ferdy Sambo, perbuatannya, lembaga yang ia pimpin, dan terutama Satgassus itu.

Itulah satu-satunya sisi positif Ferdy Sambo: mempersatukan kampret dan cebong.

Merdeka!

Tentu banyak juga intelektual profesional di tubuh Polri. Yakni mereka yang menginginkan Polri yang ideal. Hanya saja mereka belum terlihat oleh publik.

Dulu publik bisa dengan mudah menyebut 15 jenderal TNI-AD yang tergolong intelektual-profesional. Padahal itu di zaman pemerintahan otoriter. Intelektualitas bisa berkembang begitu hebat di tengah militer itu sendiri.

Mungkin banyak juga perwira Polri yang kritis, rajin melakukan otokritik, dan menginginkan perubahan. Saya tidak tahu apakah mereka punya kelompok yang kuat seperti di TNI-AD di zaman Orba.

Kalau tidak maka momentum sebesar Ferdy Sambo pun akan lewat begitu saja.

Merdeka!

Sampai akhir Agustus ini kelihatannya kita belum bisa merdeka dari heboh Duren Tiga.

Merdeka! (*)

Komentar Pilihan Disway Edisi 16 Agustus 2022: LBH Alvin

Namu Fayad:  Patut diapresiasi ide Alvin ini. Kekuasaan dan Uang bisa dilawan dengan: Viralkan! Itu Artinya setiap orang masih punya upaya pertahanan diri menjaga citra atau topengnya walau dalam keadaan salah. Dia akan bela diri karena masih merasa punya muka. Kalau yang dia punya hanya kuasa dan uang, tidak bisa mengandalkan muka karena sudah terlanjur viral, maka ia harus modifikasi muka, pakai 'muka tebal', 'muka tembok' atau 'buang muka'.

baba kumasafii:  Memang memviralkan sesuatu adalah senjata terakhir rakyat kecil. Senjata mematikan bagi pejabat. Pun ditakuti aparat. Tapi disukai pengacara. Rejeki memang datang dari arah yang tak disangka2.

Jimmy Marta:  'Kalau melihat polisi melakukan tindak pidana lapor nya ke polisi juga, mana bisa'. Saya tertarik dg kalimat alvin lim ini. Tepatnya, timbul pertanyaan, ' lha..kemana lagi...?'. Selama ini yg serba polisi itu spt 'tidak jadi persoalan' . Apakah alvin punya usul perlu lembaga lain?. Ia kan lama di amerika. Mungkin ia melihat pd kasus polisi vs polisi harus diselesaikan lembaga lain..! Di kita sebenarnya ada lembaga yg berfungsi sbg pengawas kerja kepolisian. Tapi siapa disitu, kerjanya spt apa anda tentu sudah tahu....! Jadi anda jangan sampai salah menyebutnya. Itu kompolnas. Bukan komisi suruhan polisi...

Kategori :