Pemilik Warung di Tembalang Sediakan Makan Gratis untuk Mahasiswa Sumatera Terdampak Banjir
Warung makan di Tembalang Semarang milik Dion Edyson menyediakan makan gratis bagi mahasiswa asal Sumatra dan Aceh yang merantau kuliah di Undip. -wayu sulistiyawan-Wahyu Sulistiyawan
SEMARANG, Diswayjateng.com – Sebuah inisiatif sederhana dari seorang pemilik warung makan di Tembalang, Kota Semarang, berubah menjadi gerakan solidaritas yang hangat bagi mahasiswa perantau asal Sumatera yang keluarganya terdampak banjir bandang.
Dion Edyson, pemilik Warung Ramah (Warmah) di Jalan Tirto Agung Nomor 64, terlihat duduk di kursinya sembari memantau unggahan terbaru di media sosial. Unggahan itu berisi ajakan makan dan minum gratis bagi mahasiswa asal Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara yang keluarganya terdampak bencana.
Warung yang baru tiga bulan ia tempati itu biasanya melayani 80 hingga 110 porsi per hari. Namun sejak program makan gratis diumumkan lewat akun X dan Instagram Warmah, jumlah pengunjung melonjak.
Mahasiswa berdatangan berpasang-pasangan, dalam kelompok kecil, bahkan rombongan. Ada yang masih memakai jaket kampus, ada pula yang datang dengan wajah letih setelah menerima kabar buruk dari kampung halaman.
Dion menegaskan tidak ada batasan porsi. Selama stok masih tersedia, mahasiswa bebas memilih menu yang mereka inginkan.
“Asal stok masih ada, berapa pun aku layani,” ujarnya, Kamis 11 Desember 2025.
Mahasiswa cukup menunjukkan KTP atau kartu mahasiswa untuk membuktikan bahwa mereka berasal dari wilayah terdampak. Dion juga memperbolehkan mereka makan lebih dari sekali dalam sehari.
“Yang penting kenyang. Perut kenyang bisa bikin pikiran mereka sedikit tenang. Saudara-saudara kita di kampung sedang berjuang, yang kuliah di sini jangan sampai kelaparan,” tuturnya.
Ia menolak menyebut program ini sebagai donasi atau kegiatan heroik.
“Makan bareng aja sudah cukup. Mereka cerita, aku dengar,” katanya pelan.
Mahasiswa Aceh menjadi kelompok yang paling banyak datang. Cerita mereka hampir serupa: rumah hilang terseret lumpur, ternak hanyut, motor lenyap, dan komunikasi terputus berhari-hari.
Beberapa memperlihatkan foto sudut rumah yang kini tinggal petak tanah berlumpur setinggi dua meter. Banyak yang datang dengan tatapan kosong, memandangi piring cukup lama sebelum akhirnya makan.
Dion sengaja tidak langsung menyapa mereka. Ia membiarkan mereka selesai makan dulu.
“Setelah hampir habis, baru aku duduk dekat mereka. Pelan-pelan tanya kabar keluarga. Turut berdukacita,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: