Menjelang Nyadran, Warga Kandri Bersihkan Tujuh Sendang sebagai Ungkapan Syukur
Warga bersihkan sendang Gede jelang tradisi kirab budaya kandri.-wayu sulistiyawan-Wahyu Sulistiyawan
SEMARANG, Diswayjateng.com —Bertepatan dengan hari Kamis Kliwon, pagi itu suasana RW 1 Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, tampak berbeda dari biasanya. Matahari belum tinggi, namun warga telah berdatangan menuju Sendang Gede, pusat kegiatan Nyadran Tujuh Sendang yang rutin digelar setiap bulan Jumadil Akhir.
Tradisi yang diwariskan turun-temurun ini menjadi simbol syukur, permohonan keselamatan, sekaligus wujud penghormatan terhadap sumber air yang menjadi nadi kehidupan warga Kandri.
Di sekitar Sendang Gede, belasan warga lelaki tampak sibuk membersihkan area sendang. Suara gemericik air mengiringi gerakan mereka mencabut rumput liar, mengangkat dedaunan yang menutup permukaan air, mengikis lumut pada dinding batu, hingga merapikan batas-batas sendang yang dipijak ratusan orang setiap tahunnya.
“Ini tradisi turun-temurun. Tujuh sendang utama selalu dibersihkan bersama-sama saat Nyadran, sebagai rasa syukur atas air yang selama puluhan tahun menghidupi warga,” ujar Mas’udi, Ketua RW 1 Kandri, Kamis 2 Desember 2025.
Menurutnya, tujuh sendang yang menjadi inti tradisi Nyadran adalah Sendang Gede, Sendang Gawe, Sendang Jambu, Sendang Kali Kidul, Setanjung, Nongko, dan Munggur. Semuanya dibersihkan serentak oleh warga dari berbagai usia.
Tak jauh dari lokasi, di sisi persawahan, beberapa petani tua tampak membajak lahan yang terhubung langsung dengan aliran sendang. Air dari mata air itu mengalir ke petak-petak sawah, memastikan padi tetap tumbuh subur.
Suasana lebih meriah di dapur-dapur sederhana milik warga. Para ibu menyiapkan ingkung ayam, urap, tumpeng, serta lauk pauk untuk bancaan yang akan dinikmati setelah doa bersama. Asap panas dari tumisan bercampur wangi santan dan aroma bambu yang mengelilingi area sendang.
Proses memasak ini menjadi bagian tak terpisahkan dari nyadran yang menjadi sebuah simbol berbagi rezeki, mempererat hubungan sosial, serta mengingatkan kembali nilai kebersamaan.
Di Sendang Gawe, sekelompok pemuda duduk melingkar memulai ritual doa singkat. Setelahnya mereka menyentuhkan tangan pada permukaan air sebagai simbol penyucian diri. Mereka kemudian bergantian membersihkan sendang, memotong rerumputan yang tumbuh liar, hingga memperbaiki jalur setapak yang sering digunakan warga.
Kegiatan gotong royong ini kemudian ditutup dengan kembul bujana atau makan bersama dari satu wadah besar sebagai lambang persatuan dan kerukunan seluruh warga RW 1.
Rangkaian Nyadran sejatinya sudah dimulai sejak malam sebelumnya melalui mujahadah doa bersama untuk membersihkan hati dan memohon keselamatan. Setelah itu barulah warga esok harinya membersihkan lingkungan, sendang, serta area persawahan.
Bagi warga Kandri, sendang bukan hanya kolam air jernih. Ia adalah saksi perjalanan desa sejak masa ketika belum ada listrik, belum tersedia sumur pompa, dan seluruh kebutuhan hidup bersumber dari air sendang dari mandi, mencuci, minum, hingga mengairi sawah.
Puncaknya akan digelar pada Minggu mendatang melalui Gelar Budaya Nyadran Kali. Dengan rangkaian acara
Kirab Tujuh Mata Air
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: