Puisi dan Pantun Tegalan untuk Sang Guru Besar UPS Tegal

Puisi dan Pantun Tegalan untuk Sang Guru Besar UPS Tegal

BACA PUISI DAN PANTUN – Budayawan Atmo Tan Sidik dan Maufur membaca puisi dan pantun berbahasa Tegal dalam acara Pengukuhan Guru Besar di Auditorium Kampus I UPS.Foto:K Anam S/diswayjateng.id ‎--

TEGAL, diswayjateng.id - Suasana Auditorium Kampus I Universitas Pancasakti Tegal (UPS), tak hanya penuh khidmat karena prosesi pengukuhan dua Guru Besar.

Namun, juga terasa hangat dan akrab saat dua maestro membawakan puisi dan pantun berbahasa Tegal. Ya, siapa lagi jika bukan Atmo Tan Sidik dan Maufur, budayawan yang telah mentereng dengan segudang karya-karyanya.

‎Atmo Tan Sidik dengan lantang dan penuh penghayatan membacakan puisi berjudul Layar Ora Usah Wedi Karo Ombak. “Senajan wis Profesor, lakune tetep andap asor. Ora ngodor, lamon disuguhi antor. Tetep eling wasiate bapa gede. Tetap teka, lamon diaturi walimah tanggane.

Aja kakehen gawe alesane,” tutur Atmo. Dengan bahasa Tegal yang kental, puisi ini memberi pesan dua orang yang tangguh mengarungi badai, akhirnya cita-citanya tercapai jua.

BACA JUGA: Kukuhkan Dua Guru Besar Baru, Komitmen UMK Dongkrak Kualitas Pendidikan Tinggi

BACA JUGA:Kukuhkan Dua Guru Besar Sekaligus, UMK Bongkar Rahasia Strategi Pecah Telur

‎Tak kalah menggigit, Maufur menampilkan pantun berbahasa Tegal yang sarat makna. “Nang Makassar tuku ketan, ketan dipangan nang dina Selasa. Guru besar kue dudu jabatan, dadi aja rumangsa nduwe kuasa,” Maufur mengawali pantun berbahasa Tegalnya. “Kabeh wong yen mudun  maring mengisor, laka wong mudun menduwur.

Dadi njaluke enyong sampeyan aja ilang andap asor, karo wong liya kudu sing sering uwur-umur.”

‎Lewat pantun tersebut, Maufur membawakan pesan bahwa Guru Besar bukan jabatan, sehingga jangan merasa memiliki kuasa. Semua orang turun ke bawah, tidak ada yang turun ke atas.  Sehingga, jangan hilang kerendahan hati.

‎Puisi dan pantun berbahasa Tegal ini seakan menjadi bingkai budaya yang melengkapi semangat akademik hari itu. Pengukuhan Prof Dr Taufiqulloh MHum dan Prof Ir Suyono MPi sebagai Guru Besar tidak hanya jadi catatan sejarah bagi UPS. Namun, juga menjadi ruang bagi bahasa dan budaya Tegal untuk naik podium.

BACA JUGA:Guru Besar Hukum Ajukan Praperadilan Polda dan Kejati Jateng ke PN Semarang

BACA JUGA:Guru Besar ITB Latih Petani Pemalang Membuat Pupuk Biosaka

Puisi dan pantun ini menjadi jembatan, bahwa ilmu setinggi langit pun, tetap indah jika ditopang akar budaya sendiri.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: