Transformasi Sekolah di Semarang Jadi Ruang Hijau Multifungsi, Murid Pamer Proyek Ketahanan Iklim

Transformasi Sekolah di Semarang Jadi Ruang Hijau Multifungsi, Murid Pamer Proyek Ketahanan Iklim

Najla Maulidina dari SD Negeri 01 Gebangsari mengusung projek Proklasih Unta, yaitu program pengelolaan air bersih untuk tanaman pada pameran OASIS Schoolyards Semarang di Balai Kota Semarang, Kamis 12 Juni 2025.--Wahyu Sulistiyawan

Ia menambahkan bahwa proyek seperti ini sudah menjadi bagian dari mata pelajaran kesenian, sehingga mudah dilaksanakan.

"Proses daur ulang sampah ini sudah masuk dalam pelajaran kesenian, jadi kami lebih mudah melaksanakannya," imbuhnya.

BACA JUGA:Astra Motor Jateng & Ontahood Jelajahi Hutan Semarang, Perkenalkan Adventure Bike ke Habitat Asli

BACA JUGA:Lima Sekolah di Semarang Sukses Wujudkan Sekolah Ramah Iklim dan Ruang Terbuka Hijau Multifungsi

Di sisi lain, Najla Maulidina dari SD Negeri 01 Gebangsari mengusung projek Proklasih Unta, yaitu program pengelolaan air bersih untuk tanaman.

Ia menjelaskan bahwa dalam proyek Proklasih Unta ini, mereka membuat filterisasi sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekolah, seperti kapas, kerikil, serabut kelapa, dan ijuk.

"Bahan-bahan tersebut disusun menjadi enam lapisan, yaitu kapas, sabut kelapa, arang, ijuk, kerikil, dan ditutup lagi dengan kapas," katanya.

Najla menegaskan bahwa filterisasi sederhana ini hanya berfungsi untuk menjernihkan air yang keruh, tanpa mengubah warna air, agar bisa digunakan untuk menyiram tanaman.

BACA JUGA:Telkomsel Perkuat Transformasi Digital Manufaktur lewat Road to Solution Day 2025 di Semarang

BACA JUGA:DPRD Semarang Kawal Program Bebas Ijazah Tertahan, Dukung Pemkot Selesaikan Tunggakan di Sekolah Swasta

"Filterisasi ini hanya menyaring kotoran, tidak mengubah warna air. Air yang awalnya keruh akan menjadi lebih jernih dan tidak berbau. Nantinya air ini digunakan untuk menyiram tanaman," jelasnya.

Sementara itu, Ainina Nafisa, siswi SD Negeri Kaligawe, membuat simulasi efek rumah kaca, di mana dalam simulasi tersebut ia menaruh potongan cokelat di dua tempat, dan salah satunya ditutup dengan mangkuk berbahan kaca.

"Kami melakukan pengetesan dengan menyediakan dua piring sebagai ilustrasi bumi, sedangkan cokelat sebagai indikator suhu. Salah satu potongan cokelat kami tutup dengan mangkuk kaca sebagai ilustrasi rumah kaca, kemudian diletakkan di bawah sinar matahari," terangnya.

Dari hasil penelitiannya, cokelat yang ditutup dengan mangkuk lebih cepat meleleh dibandingkan yang tidak ditutup.

"Seperti bumi yang tertutup rumah kaca, emisi gas membuat sinar UV lebih banyak tertahan dan sebagian tidak bisa dipantulkan kembali. Semakin banyak efek rumah kaca, maka suhu bumi akan semakin panas," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: