Rencana Pendirian PLTS di Protes Warga, Warga WKO Khawatir Digusur

Rencana Pendirian PLTS di Protes Warga, Warga WKO Khawatir Digusur

Salah satu spanduk penolakan pendirian PLTS di kawasan waduk Kedung ombo sragen--Mukhtarul Hafidh / diswayjateng.id

SRAGEN, diswayjateng.id –  Puluhan spanduk penolakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bertebaran di sejumlah titik, khususnya di jalur Desa Ngargotirto menuju kawasan warung apung dan tepi Waduk Kedung Ombo (WKO). Spanduk itu banyak terpasang di wilayah Kecamatan Sumberlawang. 

Spanduk-spanduk itu tak sekadar kain bertulisan, tapi suara lantang warga yang menggantungkan hidup dari waduk kebanggaan mereka. Beragam kalimat protes terpampang jelas. 

Ada yang berbunyi, “Kami tidak menolak pembangunan PLTS, tapi jangan memaksakan untuk mendapatkan 100 MW”. Lainnya lebih personal, seperti “Nek mbok gusur, utangku piye?”, hingga nada tegas “Jangan sampai otot yang berbicara”.

Kalimat-kalimat ini mencerminkan kekhawatiran warga atas potensi penggusuran karamba ikan di WKO, sumber mata pencaharian utama mereka. Hingga kini, warga masih menanti kejelasan. 

Akankah suara mereka didengar, atau justru proyek raksasa ini akan mengubah peta kehidupan di tepi WKO? Yang jelas, spanduk-spanduk itu masih berdiri tegak, menjadi pengingat bahwa perjuangan mereka belum usai.

Camat Sumberlawang, Indarto Setyo Pramono, buka suara soal gejolak ini. Menurutnya, proyek PLTS yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) di bawah naungan Indonesia Power ini memang menyasar tiga kabupaten yang berbatasan dengan WKO: Sragen, Boyolali, dan Grobogan.

Di Sragen sendiri, dua desa di Kecamatan Sumberlawang dan dua desa di Kecamatan Miri terdampak. “Pokoknya meliputi beberapa kabupaten,” ujar Indarto, Jumat (11/4).

Dia menegaskan, inti penolakan warga adalah soal keberlangsungan karamba yang sudah ada. “Masyarakat minta agar karamba mereka tidak digusur. Awalnya memang ramai, tapi sekarang tinggal sedikit masalah. Warga cuma ingin yang sudah ada tidak diganggu,” terangnya.

Saat ini, proyek PLTS masih dalam tahap penyampaian analisis dampak lingkungan (amdal) di Semarang. Tahap konsultasi publik dan sosialisasi dengan masyarakat juga diklaim sudah dilakukan. 

Indarto menyebut, proyek ini menargetkan kapasitas 100 megawatt (MW), sebuah angka ambisius yang menjadi salah satu pemicu keresahan warga.

Meski pihak berwenang menyebut situasi mulai kondusif, spanduk-spanduk di tepi jalan seolah berbicara lain. Bagi warga Ngargotirto dan sekitarnya, WKO bukan sekadar waduk, tapi urat nadi kehidupan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: