Soroti Hasil Survei Kinerja KPK

Soroti Hasil Survei Kinerja KPK

KETERANGAN - Lektor Universitas Pancasakti menyoroti hasil survei kinerja KPK.Foto: Hermas Purwadi/diswayjateng.id--

SLAWI, diswayjateng.id - Dalam beberapa pekan terakhir, kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Cukup disorot secara kritis oleh masyarakat yang dinilai tebang pilih dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. 

Namun, dalam survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada Januari ini, citra KPK justru mengalami peningkatan menjadi 72,6 % pada Januari 2025 dibandingkan dengan September 2024 yang hanya 60,9 %.

Lektor Universitas Pancasakti Tegal Dr Siswanto SH MH mencermati dan menyorot kritis terhadap hasil survei tersebut. Penilaian terhadap survei tersebut harus dilakukan oleh lembaga yang independen. 

Yang mana basis survey itu selaras. Selain itu indeks persepsi korupsi harus sejalan dengan memenuhi kaidah atau etika survey," ujarnya saat ditemui di Kabupaten Tegal, Jumat (31/12025).

BACA JUGA:Kabupaten Batang Raih Peringkat Terbaik Nasional di Survei Integritas KPK 2024

BACA JUGA:Kabupaten Batang Raih Peringkat Terbaik Nasional di Survei Integritas KPK 2024

Menurutnya, kalau survei yang dilakukan tidak memenuhi persyaratan ilmiah dengan kaidah keilmuan dan metodologinya. Serta terkesan untuk menaikkan nilai tanpa fakta yang riil.

Maka perlu di perdebatkan hasilnya dan diduga terkesan survei tersebut merupakan pesanan dari pengguna. 

Hal tersebut beriringan dalam penegakan hukum tidak hanya dinilai dari banyaknya orang dipenjarakan. "Tapi bagaimana lembaga penegak hukum itu berkontribusi dalam pengembalian keuangan negara hingga pemulihan aset (asset recovery)," cetusnya.

Dilihat dari prestasi Kejaksaan Agung yang berhasil menyelamatkan keuangan negara triliunan rupiah, maka seharusnya survei juga berpatokan dengan hal tersebut.

BACA JUGA:Penetapan Hasto Kristiyanto sebagai Tersangka Dinilai Langkah Profesional KPK

BACA JUGA:KPK dan Inspektorat Jateng Monitoring 20 Desa Antikorupsi di Jepara

" Penegakan hukum itu kan tidak hanya pada indikator berhasilnya memenjarakan orang. "Tapi bagaimana kemudian bisa menyelamatkan keuangan negara atau aset-aset negara," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: