Masnuah:Krisis Iklim Mengancam Nelayan Perempuan di Wilayah Pesisir Demak, Negara Harus Hadir

Masnuah:Krisis Iklim Mengancam Nelayan Perempuan di Wilayah Pesisir Demak, Negara Harus Hadir

Perempuan Nelayan, Founder Puspita Bahari Masnuah menunjukkan dan memperkenalkan alat - alat tangkap pada PJ Bupati Demak di acara Perempuan Merajut Gerakan Menghadapi Krisis Iklim, Kamis 25 September 2024-Nungki SN-

DEMAK, diswayjateng - Ancaman krisis iklim dirasa sangat nyata bagi perempuan yang tinggal di wilayah pesisir khususnya di Kabupaten Demak. Rob, abrasi pantai hingga permasalahan mata pencaharian menjadi persoalan serius, hingga tak sedikit perempuan di kawasan pesisir menjadi nelayan perempuan.

Sekalipun sudah melaut, baik ikut mencari ikan dengan suami atau bahkan mencari ikan sendiri, nelayan perempuan masih dipandang sebelah mata dan bahkan belum mendapatkan hak-haknya. Sementara tuntutan lain juga harus dipenuhi oleh perempuan di kawasan pesisir.

"Perempuan nelayan mengarungi lautan sendiri itu nyata adanya. Perempuan di kawasan pesisir beralih profesi menjadi nelayan lantaran harus beradaptasi dengan kondisi alam serta tuntutan untuk menjalani kehidupan kedepannya," ucap Masnuah, Founder dari Puspita Bahari Demak kepada Diswayjateng.id, Kamis 26 September 2024.

Untuk itu pihaknya terus mendorong agar perempuan nelayan dipenuhi haknya oleh negara.  Ia bercerita bahwa di tahun 2018 berhasil mengadvokasi perempuan nelayan di Demak untuk  mendapatkan KTP bagi perempuan di kawasan pesisir yang melaut dengan status pekerjaan dari Ibu Rumah Tangga menjadi Nelayan.

BACA JUGA : Bupati Demak Serahkan Pembayaran Premi Kepesertaan Program JKK dan JKM bagi Pekerja Rentan

"Identitas ini penting, dimana tidak sekadar hanya pengakuan tapi juga perlindungan. Ketika perempuan nelayan itu mengalami musim paceklik, mengalami kecekalaan, kehilangan alat tangkap itu ada perlindungan dari negara,” ucapnya.

Ia meneruskan bahwa perempuan nelayan itu memiliki resiko tinggi yang sama dengan nelayan laki-laki saat bekerja sehingga Ia berharap agar ada kesetaraan dalam pemberian fasilitas negara misalnya dapat program BBM bersubsidi, alat tangkap dan asuransi. 

Sementara itu salah satu perempuan kawasan pesisir yang juga nelayan perempuan Darwanti (45) menyampaikan bahwa dukungan dan suport dari negara itu penting, terlebih sepertinya yang sering mengalami tantangan di tengah laut.

"Iklim di laut seringkali susah ditebak, kami sering terkena ombak badai. Bahkan saya pernah menjumpai nelayan perempuan lain yang terpaksa melahirkan di laut, lalu juga ada kapal yang kena ombak terbilah jadi dua. Maka KTP nelayan dan asuransi nelayan sangat dibutuhkan," ucap Darwanti.

BACA JUGA:Bupati Demak Serahkan Pembayaran Premi Kepesertaan Program JKK dan JKM bagi Pekerja Rentan

Persoalan perempuan di kawasan pesisir oleh Puspita Bahari sempat diabadikan dalam sebuah gambar dan tulisan oleh para nelayan perempuan , kemudian gambar tersebut dipamerkan dalam gelaran acara bertajuk Perempuan Merajut Gerakan Menghadapi Krisis Iklim yang ditunjukkan pada  PJ Bupati Demak, Ali Maksum.

"Saya apresiasi dengan gerakan perempuan ini, karena dalam keluarga fokus perempuan itu tidak hanya satu. Maka kami apresiasi Puspita Bahari yang menjadi wadah bagi perempuan berdaya dan saya harapkan nantinya akan banyak unsur - unsur lain yang memberikan fasilitas bagi nelayan perempuan ini," pungkasnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: