Waspada Gangguan Preeklampsia! Ibu Hamil Wajib Tahu Gejala, Penyebab dan Pencegahannya
--
DISWAYJATENG – Dalam masa kehamilan, sebaiknya ibu hamil harus waspada dengan gangguan preeklampsia. Gangguan seperti ini dapat berakibat buruk pada pertumbuhan janin dalam masa kehamilan.
Preeklampsia atau preeklamsia adalah salah satu komplikasi kehamilan serius yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dan adanya protein di dalam urine ibu hamil. Kondisi preeklamsia dapat terjadi akibat plasenta janin yang tidak berfungsi dengan baik.
Biasanya plasenta yang tidak berfungsi dengan baik disebabkan oleh kelainan.
Selain itu, masalah kesehatan seperti gizi buruk, kadar lemak tubuh yang tinggi, tidak cukupnya aliran darah ke rahim, dan genetik mungkin juga bisa menyebabkan preeklamsia.
Preeklamsia yang sudah parah dan diikuti kejang dapat berkembang menjadi eklampsia.
Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap inflamasi spesifik dan koagulasi.
Tanda utama penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Pre-eklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca-persalinan.
Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi saat atau sesaat setelah kehamilan dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius bagi ibu, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Wanita hamil dengan tekanan darah normal pun dapat mengalami preeklampsia.
Umumnya gejala preeklampsia bisa terlihat saat memasuki usia kehamilan 20 minggu. Melansir dari laman Hallosehat.com, berikut penjelasan mengenai preeklampsia:
Apa Sih Faktor Resiko Preeklampsia?
Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskular, antara lain :
1. Diabetes melitus, hipertensi kronik, gangguan pembuluh darah
2. Sindrom antibodi antiphospholipid (APS)
3. Nefropati
Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor spesifik dari ibu atau janin.
1. Umur > 40 tahun
2. Nullipara (kehamilan pertama) atau mengandung janin kembar
3. Obesitas sebelum hamil
4. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eklampsia
5. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
Seperti Apa Gejala Preeklampsia?
Umumnya keluhan yang masuk ke dalam gejala preeklampsia berupa:
1. Pusing dan nyeri kepala
2. Nyeri ulu hati
3. Pandangan kurang jelas
4. Mual hingga muntah
Bagaimana Cara Pencegahan Preeklampsia?
Preemklampsia adalah sebuah kondisi akut yang dapat dikendalikan jika faktor resikonya juga dikendalikan. Misalnya jika ibu hamil memang mempunyai riwayat darah tinggi, sebaiknya konsultasikanlah dengan dokter spesialis obgyn secara rutin, pantau kegiatan harian dan jaga kondisi tubuh.
Selain itu, penting untuk menggali informasi mengenai keadaan kesehatan ibu hamil dengan tekanan darah yang tinggi. Jangan ragu untuk bertanya, dokter anda akan melakukan edukasi terhadap anda, suami dan keluarga jika menemukan gejala atau keluhan dari ibu hamil.
Sebaiknya segera memberitahu petugas kesehatan atau langsung ke pelayanan kesehatan jika keluhan cukup berat.
Apakah Komplikasi Preeklampsia?
Komplikasi preeklampsia yang paling sering terjadi adalah Sindrome HELLP (Hemolysis, elevated liver enzyme level, and low platelet level), yaitu bentuk preeklampsia berat yang meliputi anemia hemolotik, peningkatan hasil tes fungsi hati dan nilai hitung platelet yag rendah.
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi berupa; pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat, edema paru, kematian janin, koma, kematian ibu. Jika kamu mengalami gejala-gejala preeklampsia seperti di atas, jangan ragu untuk mengonsultasikannya ke dokter.
BACA JUGA:Ibu Hamil Wajib Paham! Begini Cara Meningkatkan Imunitas Ibu Hamil, Simak Sampai Tuntas
Itulah penjelasan tentang gangguan kehamilan yang dinamakan preeclampsia. Semoga informasi tersebut dapat bermanfaat bagi anda. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: