Badai Berlalu

Badai Berlalu

Catatan DIS'Way Jateng --

Akhirnya Vier bisa melewati gelombang besar itu: 2016. Yakni setahun setelah yang melaporkan dirinya itu meninggal dunia: Jhonny Kesuma. Ia meninggal di Tiongkok dalam proses transplantasi hati.

Vier lantas berdamai dengan keluarga Kesuma. Ia kenal baik dengan dua orang anak almarhum. Juga masih terus menjalin hubungan.

"Sebenarnya Pak Kesuma tidak ingin mengadukan saya. Pak Kesuma ditekan partnernya," ujar Vier Minggu sore lalu.

Siapa partnernya itu?

“Yang satu, belakangan masuk penjara dalam perkara investasi bodong Wahana Artha. Satunya lagi harusnya masuk interpol. Ia lagi sembunyi di Los Angeles," ujar Vier.

Sepulang ke Indonesia, Vier kembali aktif di pasar modal. The legend is back. Belakangan ini begitu banyak ia menangani IPO. Tahun kemarin saja ada 30 perusahaan yang IPO lewat kantornya. Itu berarti lebih separo dari yang IPO di pasar modal Jakarta.

Bagaimana Vier bisa melewati gelombang hidup yang begitu besar?

Mungkin karena Vier pernah menjadi nakhoda kapal. Ia sudah biasa berlayar mengarungi laut dan samudera. Ia memang lulusan akademi pelayaran Jakarta.

Saat kuliah, ia mengaku nakal. Tidak naik kelas. Tapi lulus terbaik di akhir pendidikannya.

Lalu Vier bekerja di perusahaan kapal Jepang. Beberapa tahun. Sampai menjadi chief engineer di kapal samudera. Sambil menabung. Gelombang laut adalah makanan hariannya di usia mudanya.

Tokoh inspirasinya pun kapten kapal: Kapten Rivai. Anda sudah tahu siapa tokoh besar itu: nakhoda KM Tampomas II. Kapten Rivai memang hero di tahun 1981. Dalam peristiwa tenggelamnya KM Tampomas II itu sebenarnya Kapten Rivai bisa menyelamatkan diri. Dengan mudah. Kalau mau. Tapi Kapten Rivai pilih menyelamatkan para penumpangnya. Sampai detik terakhir. Sampai ia sendiri memilih tenggelam bersama KM Tampomas II yang terbakar hebat di tengah laut ganas Masalembu.

Vier masih SD saat Tampomas II itu tenggelam. Di Tarakan. Dulu masuk Kaltim, sekarang Kaltara. Kisah kepahlawanan Kapten Rivai membekas ke dalam hatinya: "Saya mau menjadi kapten kapal!"

Vier tidak takut biar pun yang meninggal di peristiwa itu sampai 431 orang. Salah satu yang terbesar dalam sejarah dunia kecelakaan laut. Tapi berkat kepahlawanan Kapten Rivai lebih 1.000 orang bisa diselamatkan.

Dari Tarakan ayahnya dipindah ke Sorong. Ia pegawai negeri. Sang ayah kelahiran pulau kecil Adonara. Anda sudah tahu di mana letak pulau Adonara: di antara Flores dan Lembata. Sedikit lebih dekat ke Dili daripada ke Kupang.

Nama sang ayah pun khas NTT: Namatuan Paulus Boga Riang Hepat. Dipanggil Paulus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait