Pupuk Indonesia melalui PICAF Dorong Pengembangan Ammonia Bersih dan Hidrogen Hijau Menuju Net Zero di Indones

Pupuk Indonesia melalui PICAF Dorong Pengembangan Ammonia Bersih dan Hidrogen Hijau Menuju Net Zero di Indones

--

Jakarta (DiswayJateng) - Indonesia Fertilizer Research Institute (IFRI) menginisiasi Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 dalam upaya memposisikan diri sebagai thought leader industri pupuk dan petrokimia di Indonesia serta kawasan. PICAF 2023 menjadi platform seluruh pemangku kepentingan nasional dan internasional untuk berkolaborasi membangun ekosistem amonia rendah karbon (clean ammonia).
 
 
PICAF 2023 bertajuk "Joint Action Towards Sustainable Clean Ammonia Ecosystem” memfasilitasi dialog para pengambil kebijakan, BUMN, pelaku Usaha nasional dan internasional, lembaga penelitian dan lembaga internasional. Forum ini menekankan aksi selaras dengan komitmen Indonesia mencapai tujuan Sustainable Development Goals dan Net Zero Emission.
 
 
Pahala Nugraha Mansury S.E,. M.B.A Wakil Menteri BUMN sebagai keynote speaker pertama menyampaikan bahwa ada 5 inisiatif ekosistem yang dilaunch oleh Kementerian BUMN, dua di antaranya berhubungan dengan komitmen pengembangan ammonia untuk mendukung program dekarbonisasi. Inisiatif itu antara lain: Carbon Market + Nature Based Solution (NBS), Energy Transition Mechanism, EV Ecosystem, Renewable Development and Green Industrial Cluster. 
 
 
Sementara itu, Acting Director General of Chemical, Pharmaceuticals and Textile Industry Kementerian Perindustrian dalam paparannya menyebutkan bahwa terjadinya permintaan ammonia global yang diperkirakan mencapai 688 Mt dalam scenario kenaikan suhu 1,5 degC dan tiga kali permintaan yang diharapkan pada tahun 2025. 
 
Sementara itu, biaya produksi ammonia terbarukan untuk pabrik baru diperkirakan turun menjadi USD 310 – 360 per ton di tahun 2050 sedangkan untuk saat ini biaya produksi ammonia dari gas alam dan batubara di kisaran USD 110-340 per ton dan carbon capture  storage (CCS) akan menambah biaya sebesar USD 100-150 per ton sehingga biaya produksi karbon berbasis fosil menjadi USD 210 – 490 per ton. 
 
 
Ir. Triharyo Soesilo, Special Advisor to Minister for Acceleration of Infrastructure Development & Investment at Ministry of Energy & Mineral yang biasa dipanggil Pak Hengki dalam acara ini memberikan sesi kuliah umum terkait The Opportunity of Green Hydrogen and Ammonia Development as well as the progress of CCS/CCUS projects in Indonesia.
 
 Ir. Hengki memberikan beberapa takeaways di akhir sesinya antara lain: apabila Pupuk Indonesia tertarik memproduksi blue ammonia maka dibutuhkan pemahaman terkait bisnis dan teknologinya termasuk bekerjasama dengan subsurface company yang memiliki kapasitas CO2 reservoir (storage) dan secara terpisah Pupuk Indonesia juga bekerjasama dengan perusahaan yang memiliki pengalaman terkait CCS/CCUS technology. 
 
 
"Apabila Pupuk Indonesia tertarik memproduksi green ammonia maka dibutuhkan pemahaman terkait teknologi Electrolyzer dan perlu memilih lokasi dengan minimum biaya listrik (minimum electricity cost)," ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (30/3).
 
 
Tidak ketinggalan sesi-sesi berikutnya seperti panel session yang menghadirkan Ir. Bakir Pasaman Dirut Pupuk Indonesia, Ryosuke Bessho – President Director Mitsubishi Corporation Trading Indonesia dan Andrea Lovato Global Head of Hydrogen ACWA Power, Saudi Arabia.
 
Hadir pada PICAF ini Ir. Ricky Hikmawan Wargakusumah – Direktur Centre for Engineering & Industrial Policies Studies (CEIPS) Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Ir. Habibie Razak – Direktur Eksekutif PII Pusat mendampingi Wakil Bendahara Umum PII Ir. Dwi Satriyo Annurogo.(*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: