Nasib Kontraktor Kecil di Kabupaten Tegal Diujung Tanduk
AUDIENSI - Sejumlah kontraktor audiensi dengan Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal. Foto : Yeri Noveli/Radar Slawi --
Mereka selalu kalah dengan adanya dokumen dukungan Aspalt Mixing Plant (AMP) yang hanya dimiliki oleh segelintir orang.
Sedangkan pemborong kecil, cenderung tidak memiliki. Mereka hanya mengandalkan penawaran yang turun antara 10 hingga 15 persen dari nilai pagu lelang.
"Tapi tetap saja kalah meskipun sudah menawar sampai 15 persen. Sementara yang memiliki AMP dan hanya menawar 3 sampai 5 persen malah dimenangkan. Sebenarnya ini ada permainan apa?," keluh Harjo Rasdi, warga Margasari ini.
DSebelumnya, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tegal Rustoyo mengaku kerap mendapat keluhan dari para kontraktor yang selalu kalah saat mengikuti tender proyek di Kabupaten Tegal.
Mereka kalah lantaran tidak memiliki dukungan AMP. Sedangkan pemilik AMP di Kabupaten Tegal, hanya beberapa gelintir orang.
Ironisnya, pemilik AMP disinyalir kerap melakukam monopoli dukungan. Karena itulah, Rustoyo menyayangkan adanya dugaan monopoli itu.
"Mestinya pemborong kecil jangan dimonopoli. Kasihan mereka. Mereka juga butuh pekerjaan. Butuh makan untuk keluarganya," kata Rustoyo.
Rustoyo juga menyinggung dinas terkait supaya tidak 'main mata' dengan pemborong besar. Alih-alih memiliki dukungan AMP, pemborong besar selalu dimenangkan. Padahal, tawaran dalam lelang hanya turun antara 1 hingga 3 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: