Labirin Polkam

Catatan DIS'Way Jateng --
Perubahan begitu cepat.
Ketika Irjen Pol Sambo sudah dinyatakan sebagai tersangka, Bharada E mencoba keluar lebih jauh lagi dari labirin: ia pergi ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Di LPSK, pengacaranya memang mengaku E telah menembak J. Tapi sebatas hanya untuk melumpuhkan J. Tidak membunuhnya. Itu pun karena disuruh. Ditekan. Dipaksa.
Bharada E memenuhi apa yang disyaratkan untuk bisa menjadi pasien LPSK: harus mau menjadi justice collaborator. Harus bisa menjadi penegak kebenaran.
Ia sudah menyatakan bersedia. Berarti Bharada E akan menjelaskan secara rinci. Apa saja yang terjadi di rumah itu sore itu. Baik setelah Brigadir J tersungkur maupun sebelumnya.
Berarti akan terungkap siapa yang sebenarnya meledakkan DOR, DOR, DOR ke belakang kepala Brigadir J. Sampai tewas. Siapa pula yang menghajar J sebelum dilumpuhkan. Apakah J sempat melawan hingga harus dilumpuhkan.
Pengakuan E sebagai justice collaborator tentu akan dibandingkan dengan kesaksian banyak orang di rumah itu.
Pintu labirin hampir dekat. Penegakan kebenaran kelihatannya bisa diupayakan di Duren Tiga. Tapi begitu banyak polisi yang kini terjebak di dalam labirin. Semua ingin keluar dari labirin. Desak-mendesak. Di lorong kecil. Di pintu gelap.
Bisa-bisa labirin itu sendiri yang meledak: saking kuatnya desak-desakan di dalamnya. (*)
Komentar Pilihan Disway Edisi 9 Agustus 2022: Simpati Ny Sambo
Otong Sutisna: Salut buat abah atau team infonya, sampai tau dalaman pakaian istri sambil, saya sendiri kadang tidak tahu isi dalaman istri tiap hari hanya kadang kadang.....hmmmm
baba kumasafii: Namanya anna maria pak. Kecantikannya tak tertandingi.
Al Fazza Artha: Dijaman sekarang ini, melihat hati nurani diri sendiri itu luar biasa susahnya. Karena mendengarkan hati nurani sendiri itu butuh latihan, tidak ujug ujug Apalagi jika hidup sudah berdampingan dengan harta dan lifestyle hedoni sejak kecil. Butuh waktu untuk merenung, dan menyadari dulu akan kesalahan. Sedang manusia itu sulitnya minta ampun untuk mengakui kesalahannya sendiri, kecuali jika sudah dalam kondisi kepepet dan pasrah.
Jhelang Annovasho: Sampai hari ketujuh, banyak yg menahan komentar atas kasus ini. Lha bagaimana, korbannya polisi. Pelaku polisi. Terjadi di rumah polisi. Penyidiknya polisi. Yang olah TKP polisi. Yang mengamankan TKP ya polisi. Pak RT nya purnawirawan polisi. Yang nyabut CCTV juga polisi. Jadi semula banyak berpikir ini masalah intern. Nah mulai dari hari ketujuh, pengacara yang orang luar institusi berbicara. Hangat. Menteri hingga presiden menyampaikan arahan. LPSK, komnas HAM juga. . Hari ketujuh bagi orang jawa adalah bancakan kedua. Semestinya bagi seorang jenazah sudah dianggap tenang. Atau jenazah tidak lagi disebut seorang?
Impostor Among Us: Pilihan perempuan yang beranak tiga, yang memikirkan kelanjutan hidupnya. Nasibnya selama ini bersama suami sudah sangat enak. Suami punya jabatan berpengaruh yang berbuah harta yang semakin bertambah. Disegani orang pula. Kelebihan-kelebihan itu semua sudah membayar kekurangan suaminya. Dibayar lunas, bahkan mungkin masih banyak kembaliannya. Kalau pun akhirnya suaminya dipenjara, sisa hartanya masih banyak. Jadi mungkin tanggungan yang berat itu perasaan malu saja. Bangsa kita ini bangsa pemaaf. Derita malu itu biasanya sudah reda setelah 40 hari pula.
siti asiyah: Dari jaman Ken Dedes hingga jaman millenial ini ndilalah selalu ada perempuan dibelakang peristiwa gegeran besar .......maka benarlah yang dikatakan orang bahwa sebenarnya yang perkasa itu adalah wanita hingga lelaki selalu memerlukan obat kuat...............................................
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: