Pengamat Beri Catatan Kritis Soal Car Free Night di Kota Tegal

Pengamat Beri Catatan Kritis Soal Car Free Night di Kota Tegal

CATATAN KRITIS - Pengamat Perancangan Kota Abdullah Sungkar memberikan catatan kritis terkait Car Free Night.Foto:K Anam S/diswayjateng.id--

TEGAL, diswayjateng.id - Pemerintah Kota Tegal (Pemkot) melalui Dinas Perhubungan telah melakukan uji coba Car Free Night atau Hari Bebas Kendaraan pada Malam Hari secara penuh di Kawasan Alun-Alun Tegal dan Jalan Pancasila, Sabtu malam lalu. Uji coba ini tidak terlepas dari pengamatan Abdullah Sungkar. Kepada Radar Tegal, Pengamat Perancangan Kota ini menyampaikan catatan kritisnya soal Car Free Night.

“Dalam memandang ruang publik harus holistik,” tutur Sungkar memulai catatan kritisnya ketika ditemui di kediamannya yang berlokasi di Kawasan Jalan Gajah Mada.

Sungkar mengingatkan, sebelum menerapkan Car Free Night secara rutin, Pemkot harus memperhitungkan secara matang, dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan pengunjung. Pemkot perlu mengkaji terlebih dulu daya tampung Kawasan Alun-Alun Tegal dan Jalan Pancasila, sanggup menampung berapa ribu pengunjung, termasuk kendaraan yang mereka parkir. 

Setelah itu, menghitung tenaga keamanan yang dimiliki. “Berapa orang per meter persegi?” imbuh mantan Anggota DPRD Kota Tegal ini.

BACA JUGA:Car Free Night Diujicobakan Penuh, Arus Lalu Lintas Sekitar Padat

BACA JUGA: Car Free Night Diujicobakan di Jalan Pancasila Kota Tegal

Sebagai ruang publik, Kawasan Alun-Alun Tegal dan Jalan Pancasila juga memerlukan perlengkapan penunjang pengunjung seperti sanitasi, kamar mandi, toilet, air bersih, tempat duduk, di samping tersedianya tempat parkir yang memadai. Penentuan tempat parkir pun tidak boleh sembarangan. Sebab, apabila terlalu jauh, pengunjung akan merasa kurang tenang meninggalkan kendaraan.

Sehingga, mereka akan lebih memilih tempat parkir alternatif. Dan ini, nilai Sungkar, yang tampaknya terjadi pada saat uji coba. “Orang memarkir dari ujung utara Jalan Diponegoro sampai masuk ke ujung selatan Jalan Ahmad Yani,” terang Sungkar setelah mengamati uji coba.

Karena jalan kota merupakan satu jaringan yang saling terhubung, menurut Sungkar, keterbatasan tempat parkir akan menimbulkan kemacetan, terutama di Jalan Ahmad Yani, dan akan memaksa pengendara akan mengambil jalur lain. Sehingga, sirkulasi kendaraan di dalam kota menjadi tidak beraturan. Kemacetan akan bertambah parah apabila Jalan Pancasila sedang tertutup oleh pangung acara yang sedang diadakan. 

Sungkar menegaskan, dibutuhkan satu konsep kesatuan ruang antara Alun-Alun Tegal, Jalan Pancasila, Gedung Birao, dan Stasiun Tegal. “Harus ada satu kesatuan ruang. Sirkulasi orang berada dalam satu konsep, dengan memperhitungkan jarak antara tempat parkir dan destinasi tujuan pengunjung,” sebut Sungkar mengakhiri catatan kritisnya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: