Kecamatan Semarang Barat Sulap Lahan Kantor Jadi Taman Edukasi Ayam KUB untuk Cegah Stunting

Rabu 17-12-2025,14:46 WIB
Reporter : Wahyu Sulistiyawan
Editor : Laela Nurchayati

SEMARANG, Diswayjateng.com — Kecamatan Semarang Barat mengembangkan program Taman Edukasi ternak ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) sebagai bagian dari dukungan terhadap program prioritas 2026, khususnya ketahanan pangan dan lingkungan, sekaligus membantu penanganan stunting di wilayah setempat.

Program ini berawal dari inisiatif internal kecamatan yang memanfaatkan lahan kosong di sekitar kantor kecamatan. 

Camat Semarang Barat, Elly Asmara menyampaikan, ayam KUB dipilih karena dinilai paling sederhana, mudah dirawat, berbiaya rendah, serta relatif tahan terhadap penyakit. Selain berorientasi produksi, konsep yang dibangun juga bersifat edukatif agar bisa ditiru masyarakat.

“Taman edukasi ini kami rancang sebagai sarana pembelajaran bagi warga agar mampu membangun ketahanan pangan secara mandiri, baik di rumah maupun di lingkungan masing-masing,” ujarnya kepada Diswayjateng.id di kantornya, Rabu, 17 Desember 2025.

Saat ini, total terdapat sekitar 34 ekor ayam KUB yang terdiri dari empat indukan serta generasi pertama hingga generasi ketiga hasil pengembangbiakan.

"Sebagian ayam indukan sudah aktif bertelur dan hasilnya telah dimanfaatkan untuk kebutuhan internal kantor, kegiatan sosial, hingga disalurkan kepada anak-anak stunting saat bakti sosial dan kegiatan memasak bersama," ujarnya.

Produksi telur ayam KUB bervariasi, dengan rata-rata satu ekor mampu menghasilkan sekitar 15–20 butir telur per bulan. Ke depan, hasil produksi tersebut akan ditata lebih teratur agar penyalurannya dapat difokuskan bagi anak-anak stunting yang tersebar di Kecamatan Semarang Barat, yang jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 200 anak.

Kandang ayam dibangun di atas lahan berbentuk huruf L dengan panjang total sekitar 30 meter dan lebar 80 sentimeter hingga 1 meter. Bagian dasar kandang tetap berupa tanah yang dilapisi daun untuk menjaga sirkulasi serta memudahkan pengelolaan kotoran. Limbah ternak tersebut direncanakan akan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk bagi lahan di sekitar kandang.

"Model kandang yang digunakan adalah kandang umbaran dengan sistem terowongan (tunnel) sehingga ayam dapat bergerak lebih bebas dan tumbuh optimal. Untuk biaya, pembangunan kandang diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta, dan bisa lebih murah jika dibuat secara mandiri oleh warga," tambah Elly.

Selain ayam KUB, Kecamatan Semarang Barat juga mengembangkan ternak lain seperti lele, nila, kelinci, serta aviari burung di area belakang kantor.

Elly menambahkan, ke depan juga akan dikembangkan maggot juga mulai dijajaki untuk mendukung pengelolaan sampah organik agar lebih mandiri dan ramah lingkungan, meski tetap mempertimbangkan aspek kenyamanan karena lokasi berada di area pelayanan publik.

"Kecamatan Semarang Barat juga berencana memperluas konsep ini ke kelurahan yang masih memiliki lahan cukup luas, seperti Tambakharjo," kata Elly.

Lokasi tersebut direncanakan menjadi semacam laboratorium inovasi, termasuk pengembangan peternakan, pengolahan sampah, hingga penerapan teknologi insinerator dan pirolisis melalui dukungan CSR.

Hasil produksi dari taman edukasi ini dipastikan akan diprioritaskan bagi program penanganan stunting. Data penerima manfaat sudah tercatat melalui kader kesehatan di kelurahan, sehingga penyaluran bantuan pangan tambahan (PMT) dapat berjalan tepat sasaran.

Melalui taman edukasi ayam KUB ini, Kecamatan Semarang Barat berharap dapat memberikan contoh nyata bahwa ketahanan pangan dapat dibangun dengan biaya rendah, ramah lingkungan, sekaligus berpotensi menjadi inspirasi wirausaha bagi masyarakat.

Kategori :