SLAWI, diswayjateng.id – Penyakit Tuberkulosis (TBC) bukanlah kutukan, bukan pula penyakit keturunan. Penyakit menular ini bisa disembuhkan, asal penderita mau berobat secara teratur hingga tuntas. Pesan inilah yang kembali ditegaskan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal di tengah masih tingginya kasus TBC di wilayah setempat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, dr. Ruszaeni, menjelaskan bahwa TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang tubuh manusia, terutama paru-paru.
“TBC bisa diobati dan sembuh total bila penderita disiplin menjalani pengobatan. Jangan takut, obatnya gratis di Puskesmas,” kata Ruszaeni.
Menurutnya, gejala TBC kerap diabaikan masyarakat karena dianggap batuk biasa. Padahal, batuk yang tak kunjung sembuh selama dua minggu atau lebih, disertai demam, sesak napas, dan sering berkeringat di malam hari bisa jadi tanda awal TBC.
BACA JUGA:IKM Dinkes Kabupaten Tegal Capai Nilai 83, Bukti Pelayanan Kesehatan Kian Profesional dan Responsif
BACA JUGA:Tingkatkan Kompetensi Kader, Dinkes Kabupaten Tegal Genjot Pelatihan Digital Posyandu
“Kalau mengalami gejala seperti itu, segera periksa ke Puskesmas untuk tes dahak. Pemeriksaan ini gratis dan cepat,” ucapnya.
dr. Ruszaeni menegaskan, TBC bukan penyakit yang muncul karena kutukan, guna-guna, atau turunan dari orang tua. Penyakit ini murni disebabkan oleh infeksi bakteri yang menular lewat percikan dahak atau air liur dari penderita TBC aktif. Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak menjauh atau mengucilkan penderita.
“Pasien TBC perlu dukungan, bukan dijauhi. Justru dengan dukungan keluarga dan lingkungan sekitar, mereka bisa lebih semangat untuk sembuh,” tegasnya.
Dinkes Kabupaten Tegal juga terus menggencarkan program penanggulangan TBC berbasis masyarakat. Petugas Puskesmas bersama kader kesehatan aktif melakukan penelusuran kontak serumah untuk mendeteksi penularan dini. Bila ada anggota keluarga yang berisiko, mereka akan diberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT) agar tidak ikut tertular.
Selain itu, Dinkes mendorong masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat, seperti rajin membuka jendela rumah agar udara dan sinar matahari masuk, tidak meludah sembarangan, serta menutup mulut saat batuk.
BACA JUGA:Dinkes Kabupaten Tegal Latih Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus
“Penanggulangan TBC tidak hanya soal obat. Ini tentang kesadaran bersama. Semua pihak harus berperan aktif, pemerintah, tenaga kesehatan, kader, hingga masyarakat umum. Bersama berdaya, bersatu melawan TBC,” kata dr. Ruszaeni menegaskan.
Ia juga mengingatkan pentingnya kedisiplinan minum obat. Pengobatan TBC membutuhkan waktu sekitar enam bulan hingga satu tahun. Jika pasien berhenti di tengah jalan, bakteri bisa menjadi kebal obat, dan penyakitnya justru makin sulit disembuhkan.
Melalui kampanye “Sadar, Periksa, dan Obati TBC di Fasilitas Kesehatan Terdekat”, Dinkes Kabupaten Tegal berkomitmen menurunkan angka kasus TBC dan memutus rantai penularannya di masyarakat.
“Jangan tunggu parah, segera periksa bila ada gejala. TBC bisa disembuhkan, asal kita mau berjuang bersama,” pungkasnya. (adv)