KUDUS, diswayjateng.id – Kenaikan debit air yang melimpas di Bendung Wilalung Desa Babalan, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, tidak akan mengganggu panen raya petani di kecamatan setempat. Meningkatnya debit air di bending setempat, akibat curah hujan yang tinggi yang mengguyur Kota Kretek dalam beberapa hari ini.
Merespon naiknya air di Bendung Wilalung, Bupati Kudus Sam’ani pun langsung mengecek kondisi di pintu bending. Dari pantauan Samani, saat ini debit air di Bendung Wilalung mencapai 780 liter per detik.
“Jika nanti mencapai 800 liter per detik, maka sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), pintu air 8 yang mengarah ke Juana akan dibuka untuk mengatur aliran air,” ujar Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris di lokasi pada Minggu (9/3/2025).
Dalam kunjungan tersebut, ia memastikan bahwa kenaikan debit air yang melimpas tidak akan mengganggu panen petani di Kecamatan Undaan.
“Kami meminta doa dari seluruh masyarakat Kudus agar panen di Undaan tidak terdampak oleh kenaikan debit air ini,” ucap Sam’ani.
Dalam kunjungan ini, Bupati Kudus didampingi oleh Kepala BPBD, Camat Undaan, serta sejumlah pihak yang peduli terhadap kondisi Bendung Wilalung. Salah satu yang hadir adalah Aseng, sosok yang dikenal sebagai penjaga pintu air di Wilalung.
Bupati Sam’ani menyempatkan diri memberikan semangat kepada para petugas penjaga bendung agar tetap waspada dan siaga dalam mengelola aliran air.
Ia juga menyoroti kondisi lalu lintas di sekitar bendungan yang terpantau sangat padat. Meskipun sudah ada peringatan dari petugas agar tidak melintas, mengingat ketinggian air sudah merendam jalan yang biasa dilintasi oleh warga.
“Namun banyak warga yang tetap melewati kawasan tersebut meski telah diberi pita peringatan takut sepeda motor tergelincir. Namun mungkin karena kebutuhan menjelang buka puasa warga tetap nekad melintas. Kami mengapresiasi Balai Besar Wilayah Sungai yang sudah memberikan tanda peringatan agar tidak terjadi kecelakaan,” tambahnya.
Sebagai salah satu program prioritasnya, Sam’ani menegaskan bahwa penanganan banjir di Kudus menjadi fokus utama. Sungai Wulan, yang kerap menjadi sumber banjir, harus dikelola dengan baik melalui koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat.
Ia menyebut bahwa Sungai Wulan dan Sungai Juwana merupakan dua sungai besar yang telah diperhitungkan sejak zaman kolonial Belanda dalam pengelolaan air di kawasan Muria.
Menurutnya, koordinasi dengan pemerintah pusat sangat penting karena pengelolaan sungai dan anak sungainya berada di bawah kewenangan nasional. Pemerintah Kabupaten Kudus akan terus melakukan pembenahan di wilayah hilir agar tidak terjadi banjir yang parah.
“Karakteristik Kudus sangat unik dan menjadi tantangan bagi kita semua dalam menjaga keseimbangan ekosistem air,” jelasnya.
Sam’ani juga menyoroti permasalahan sedimentasi dan sampah yang menjadi ancaman bagi bendung. Ia meminta agar pintu air terus dijaga dan dipastikan tidak ada penyumbatan yang dapat menghambat aliran air. Masalah sampah, menurutnya, merupakan tantangan tersendiri yang harus diselesaikan secara berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten Kudus terus berupaya menjaga kestabilan debit air agar panen petani Undaan tetap aman. Langkah mitigasi, termasuk pembukaan pintu air secara bertahap, menjadi strategi utama dalam mengantisipasi potensi banjir.