Sambut Ramadan, Warga Bustaman Mensucikan Diri dengan Perang Air pada Gebyur Bustaman

Senin 24-02-2025,19:43 WIB
Reporter : Wahyu Sulistiyawan
Editor : Wawan Setiawan

Sempat vakum beberapa tahun lalu, Gebyuran Bustaman kembali digelar sejak 13 tahun lalu. "Karena ini tradisi sejak kakek saya, Bustaman," jelasnya.

Gebyuran sebagai bersih diri, yang sebelumnya terdapat coret wajah terhadap masyarakat dan pengunjung, sebagai simbol kesalahan dan dosa. "Setelah coret, gebyuran, semua senang dari balita sampai lansia menjadi guyub, tidak boleh marah saat perang air," jelasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R Wing Wiyarso Poespojoedho, mengungkapkan Gebyuran Bustaman kali ketiga belas ini semakin ramai dan meriah. Meskipun dalam suasana efisiensi anggaran. 

"Ternyata masyarakat ini luar biasa, sehingga berjalan dengan baik, kami berkomitmen Gebyuran Bustaman ini menjadi salah satu event tahunan di Kota Semarang," ujarnya.

Ketua Panitia Gebyuran Bustaman, Arif Hikam Syaifullah, menjelaskan dibandingkan tahun sebelumnya, Gebyuran Bustaman ini lebih meriah. Karena sudah dikenal tingkat nasional.

Bahkan, saat dimulai pada Jumat, 21 Februari2025, Wakil Menteri Pariwasata,  Giring Ganesha turut hadir dalam acara. Ditambah fashion show yang diinisiasi oleh Samuel Wattimena. 

Diceritakan, kegiatan Gebyuran Bustaman dilakukan setiap tahunnya menjelang Bulan Ramadan. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang dilakukan di dalam kampung termasuk kuliner. Gebyuran Bustaman tahun ini, kuliner dan hiburan dilakukan di luar kampung. 

"Tapi tetap gebyuran dilakukan di dalam kampung," ujarnya.

Gebyuran Bustaman dimulai dari Kamis malam yakni arwah jamak. Hari Jumat, sarasehan warga berziarah di Makam Mbah Yai Bustam. "Sabtunya kita bersih kampung dan fashion show, Minggunya puncaknya," ujarnya.

Mbah Bustam merupakan pahlawan Indonesia yang menyambung lidah rakyat Indonesia ke Belanda dan sebaliknya. "Beliau ini pejuang," tandasnya.

Ia berharap, Kampung Bustaman lebih dikenal, tak hanya Kampung Galainya dan Kampung Jagal Kurban saja. "Tetapi di sini ada kulinernya, bahkan saat Sahur dan Buka Puasa ini juga ramai jajanan tradisonal, sehingga ada banyak trobosan setiap tahunnya, dan tradisi ini selalu terjaga," harapnya.

Kategori :